Menikmati Kerindangan ”Negeri Singa” – Bebas Akses

Indonesia Berita Berita

Menikmati Kerindangan ”Negeri Singa” – Bebas Akses
Indonesia Berita Terbaru,Indonesia Berita utama
  • 📰 hariankompas
  • ⏱ Reading Time:
  • 56 sec. here
  • 2 min. at publisher
  • 📊 Quality Score:
  • News: 26%
  • Publisher: 70%

Perjalanan pagi di trek jalan kaki, baik trek layang berkanopi maupun trek di beton di permukaan tanah sejauh hampir 10 km yang terbentang di kawasan itu sungguh nikmat. Metropolitan AdadiKompas rarairenghelena

Jalan kaki pagi di Sabtu lalu sempat memunculkan tanda tanya. Benarkah Singapura, kota negara yang memiliki luas 700 kilometer persegi ini, mampu menawarkan kesejukan dan keteduhan kebun tropis? Ternyata ada dan bisa.Warga Singapura menikmati acara akhir pekan dengan berjalan kaki, joging, ataupun bersepeda gunung di kawasan Kent Ridge Park, Sabtu .

Di sana fasilitas tersedia lengkap, mulai trek untuk sepeda gunung, jalan aspal mulus untuk sepeda jalan raya, trek joging, trek berjalan kaki, dan taman bermain dengan aneka permainan yang pasti disukai anak-anak lengkap tersedia.Sabtu pagi itu, jarum jam sudah di angka 08.00. Namun, warga ”Negeri Singa” yang hendak menghabiskan Sabtu pagi dengan berjalan-jalan makin banyak.

Sebagai kawasan yang awalnya adalah dataran hutan hujan tropis yang berubah menjadi kawasan kebun karet dan lalu dikelola Pemerintah Singapura menjadi hutan kota, kawasan Kent Ridge memang menawarkan kekhasan hutan berupa pohon-pohon besar, seperti akasia dan trembesi, yang rimbun dan padat, juga aneka semak belukar.

Tak lupa, kawasan yang sungguh hijau itu juga menawarkan banyak kegiatan positif yang bisa dilakukan warga. Bukan hanya joging atau berolahraga, warga bisa melakukan pengamatan burung-burung , mengolah kemampuan memotret, dan mengikuti tur menelusuri jejak sejarah. ”Inilah karena pemerintah mau menghadirkan konsep kota di dalam kebun, City in the Garden. Bukan lagi Garden City,” kata Zakaria.

Berita ini telah kami rangkum agar Anda dapat membacanya dengan cepat. Jika Anda tertarik dengan beritanya, Anda dapat membaca teks lengkapnya di sini. Baca lebih lajut:

hariankompas /  🏆 8. in İD

Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama

Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.

Di Meja Kerjanya, Tenggelam ke Masa Lalu – Bebas AksesDi Meja Kerjanya, Tenggelam ke Masa Lalu – Bebas Akses“Saya bingung, buku-buku ini akan saya wariskan kepada siapa kalau saya dipanggil,” kata Pater Adolf Heuken SJ saat penulis temui di kamar kerjanya, di satu hari di tahun, 2018. Metropolitan AdadiKompas
Baca lebih lajut »

Adolf Heuken SJ: ”Kamus Berjalan” Kota Jakarta – Bebas AksesAdolf Heuken SJ: ”Kamus Berjalan” Kota Jakarta – Bebas AksesSiapa sebenarnya Pater Adolf Heuken? Harian Kompas edisi 13 April 2017 pernah memuat kisah Pater Adolf Heuken dalam rubrik Sosok di halaman 16. Metropolitan AdadiKompas
Baca lebih lajut »

Adolf Heuken SJ, dari Luftwaffe ke Buku Sejarah Jakarta – Bebas AksesAdolf Heuken SJ, dari Luftwaffe ke Buku Sejarah Jakarta – Bebas AksesRohaniwan cum sejarawan Adolf Heuken SJ (1929-2019) memiliki hidup penuh warna, dari masa Perang Dunia II di Jerman hingga mengabdikan hidup sebagai rohaniwan yang justru dikenang karena karyanya, seri buku sejarah Jakarta. Adolf Heuken SJ mengembuskan napas terakhir di RS St Carolus, Kamis (25/7/2019) malam, setelah dirawat sejak 30 Juni 2019.
Baca lebih lajut »

Silvester Petara Hurit Menyemai Seni dari Batu Bertanah – Bebas AksesSilvester Petara Hurit Menyemai Seni dari Batu Bertanah – Bebas AksesRanah bumi Kabupaten Flores Timur, mencakup ujung timur daratan Pulau Flores dan gugusan pulau di sekitarnya, tersusun atas tanah yang tandus, angin yang kering, dan curah hujan yang terbatas. Konflik antarkampung juga masih beberapa kali meletup. Melalui jalan berkesenian, Silvester Petara Hurit (38) hendak menghidupkan imajinasi warga setempat untuk melampaui keterbatasan itu.
Baca lebih lajut »

Kemacetan di Sekitar Stasiun dan Ketidakberdayaan Kita – Bebas AksesKemacetan di Sekitar Stasiun dan Ketidakberdayaan Kita – Bebas AksesDalam dua hari terakhir, foto penampakan kemacetan di sekitar Stasiun Palmerah ramai diperbincangkan di media sosial. Hari ini bahkan hampir semua media daring mengangkat kemacetan di sekitar Stasiun Palmerah yang seolah tak pernah ada solusinya. Pangkal utama kemacetan adalah ojek daring yang ngetem menunggu penumpang dan mengambil lebih dari setengah badan jalan.
Baca lebih lajut »

Gelombang Panas Kembali Melanda Eropa – Bebas AksesGelombang Panas Kembali Melanda Eropa – Bebas AksesUntuk kedua kalinya dalam waktu kurang dari satu bulan, Eropa mengalami gelombang panas yang meluas dan intens. Suhu di sejumlah wilayah tercatat mengalami rekor tertinggi dan telah mengancam pada kesehatan masyarakat dan lingkungan.
Baca lebih lajut »



Render Time: 2025-03-01 10:30:36