Rupiah masih rawan lanjutkan pelemahan lantaran ada stimulus jumbo China dan prospek ekonomi AS
Kabar dari China dan AS masih menjadi tantangan bagi pergerakan mata uang Garuda pada akhir pekan ini.
Konsensus pasar memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS akan meningkat signifikan, dari 1,4% menjadi 3%. Proyeksi ini mengindikasikan keberhasilan para pembuat kebijakan AS dalam mengendalikan inflasi tanpa memicu resesi. Alhasil, investor cenderung mengalihkan modal dari negara-negara berkembang, yang berujung pada pelemahan rupiah.Selain itu, sang Naga Asia juga turut membebani rupiah lantaran mengeluarkan stimulus jumbo melampaui APBN Indonesia untuk menyelamatkan ekonomi-nya yang tengah lesu.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Yang Pegang Dolar Waspada: Rupiah Bakal Ngamuk LagiNilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang diperkirakan terus berada dalam penguatan disepanjang tahun ini.
Baca lebih lajut »
Ekonomi China Loyo, Rupiah Masih Rawan Koreksi!Rupiah masih rawan kembali koreksi setelah data China menunjukkan ekonomi masih loyo dan indeks dolar kembali menguat
Baca lebih lajut »
Drama Produksi Uang Rupiah Kertas di Pabrik Peruri, Sekali Cetak Butuh 1 Bulan LebihPeruri memastikan, produksi uang rupiah yang dilakukan sudah sesuai standar internasional, khususnya untuk uang rupiah kertas.
Baca lebih lajut »
IHSG & Rupiah Ambruk, RI Masih Dibuat Was-Was Oleh Kabar dari AS-ChinaData ekonomi AS, China, dan Indonesia akan menjadi sentimen penggerak pasar keuangan hari ini
Baca lebih lajut »
Mampukah Saham Bank Bangkit di Tengah 'Badai' dari China & AS?Hari ini pasar akan memantau rilis data inflasi PCE, data final ekonomi AS pada kuartal II-2024, dan pernyataan Powell terkait arah suku bunga acuan ke depannya
Baca lebih lajut »
Aliran Dana Asing Masih Deras, Rupiah Potensi Lanjutkan Penguatan!Rupiah potensi menguat terdongkrak aliran dana asing yang masih deras dan pengaruh dari stimulus China
Baca lebih lajut »