Prof Dr Hasjim Djalal, pakar hukum laut internasional dan diplomat kawakan, meninggal dunia di usia 90 tahun. Ia dikenal karena keahliannya dalam memperjuangkan kedaulatan maritim Indonesia dan pemikirannya tentang Wawasan Nusantara.
JAKARTA, KOMPAS — Pakar hukum laut internasional, Prof Dr Hasjim Djalal, meninggal dunia di usia 90 tahun. Lewat keahliannya di bidang hukum laut internasional, diplomat kawakan itu tak lelah memperjuangkan kedaulatan maritim Indonesia dan mewariskan pemikiran soal Wawasan Nusantara. \Dalam pernyataan keluarga, Hasjim mengembuskan napas terakhir pada Minggu (12/1/2025) pukul 16.40 di RS Pondok Indah, Jakarta Selatan.
”Almarhum meninggal dalam keadaan tenang dan damai, didampingi istri, anak, cucu, dan saudara-saudara,” demikian kabar duka yang disampaikan keluarga. Kabar ini dikonfirmasi putra kedua Hasjim, yakni diplomat ulung, Dino Patti Djalal, dan cucunya, Indy Djalal. Pemakaman akan dilangsungkan Senin (13/1/2025) setelah disemayamkan di rumah duka di Cilandak, Jakarta Selatan. \Dino mengatakan, Hasjim adalah sosok yang luar biasa. Sebagai diplomat, kata Dino, Hasjim sangat cemerlang, pandai berargumentasi, artikulatif, dan. Hasjim juga negosiator tangguh. ”Saya tahu karena saya beberapa kali mendampingi dalam beberapa perundingan. Dan, saya melihat sendiri bagaimana beliau bisa bernegosiasi dengan ulung,” tuturnya. \Selama kariernya sebagai diplomat, Hasjim juga mengukir beragam prestasi. Ia merupakan salah satu juru runding Indonesia dalam pengesahan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut (UNCLOS) pada tahun 1982, mendampingi Mochtar Kusumaatmadja yang saat itu menjabat sebagai Menteri Luar Negeri. Saat itu, Hasjim menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk PBB.Dalam wawancara denganyang diterbitkan dengan judul ”Lebih Jauh dengan Prof Hasjim Djalal” pada 23 Februari 1997, Hasjim mengatakan ia berasal dari keluarga petani di Ampe Angke (Bukittinggi). Ia malang melintang sebagai diplomat dan duta besar ke sejumlah negara, di antaranya Duta Besar RI untuk Kanada (1983-1985), Duta Besar RI untuk Jerman (1990-1993), dan Duta Besar Keliling urusan Laut dan Maritim. \”Saya itu orang kampung, kok, betul. Sampai tamat SMA, saya tidak pernah ke luar Sumatera Barat. Saya betul-betul berasal dari keluarga petani,” katanya dengan rendah hati. Sejak kecil sudah bercita-cita menjadi diplomat, ia melamar di Akademi Luar Negeri di Jakarta setelah lulus dari SMA tahun 1953. Hasjim mulai bekerja di Departemen Luar Negeri mulai 1 Januari 1957. ”Baru enam bulan bekerja, saya mendapat beasiswa untuk sekolah ke University of Virginia,” katanya. Selama empat tahun Hasjim menyelesaikan S-2 dan S-3. Topik untuk tesis yang ditulisnya adalah ”The Eisenhower Doctrine in Middle East” (1959), sedangkan topik disertasi doktornya adalah ”The Limit of Territorial Sea in International Laws” (1961). \Hasjim mulai tertarik dengan masalah-masalah kelautan ketika belajar di AS. Ia mengatakan diilhami oleh pemberontakan PRRI/Permesta tahun 1957. ”Waktu itu saya melihat apa yang salah dengan negara ini, mengapa kita saling berkelahi karena masalah etnis atau propinsial,” katanya. Setelah PBB mengadakan konferensi pertama tentang hukum laut tahun 1958, kebetulan studinya telah selesai. Hasjim mulai memikirkan Wawasan Nusantara sebagai konsep untuk membina persatuan dan kesatuan nasional.Konsep itu ia gagas untuk menghindari perpecahan seperti pemberontakan PRRI/Permesta itu. ”Saya merasa Wawasan Nusantara sebagai jawaban untuk menghindari pemberontakan,” lanjutnya. \Begitu kembali ke Tanah Air tahun 1961, Hasjim langsung terlibat aktif di bidang kelautan dengan mendirikan Panitia Hukum Laut Indonesia, di bawah koordinasi Dewan Maritim, yang menghasilkan sejumlah keputusan penting dalam pengelolaan kelautan. ”Apalagi di Deplu saya ditempatkan di Direktorat Hukum, jadi memiliki kesempatan lebih luas lagi untuk mempelajari masalah-masalah hukum kelautan,” lanjut Hasjim yang sempat bertugas di Irian Barat selama sekitar tujuh bulan untuk mengurusi masalah-masalah hukum yang berkaitan dengan pengalihan kekuasaan dari Belanda ke Indonesia.Tahun 1964 ia ditempatkan di Beograd (Yugoslavia) sebagai Sekretaris II Bidang Politik selama dua tahun. Selanjutnya, ia langsung ditugaskan ke Guinea, di bagian barat Benua Afrika sebagai wakil duta besar. Tahun 1969-1972, ia diangkat menjadi Kepala Dinas Hukum Internasional dan menghabiskan sebagian besar waktunya untuk urusan hukum laut. Selama empat tahun berikutnya, Hasjim diposkan di Singapura sebagai Kepala Bidang Politik yang sangat terlibat dalam urusan Selat Malaka. Tahun 1976, ia pulang menjadi Direktur Perjanjian Internasional sampai tahun 1979. Saat itu, ia banyak mengurusi masalah Wawasan Nusantara, hukum laut, dan masalah-masalah perbatasan. \Hasjim lalu dipercaya menjadi orang kedua di Washington (1979-1981), kemudian dipromosikan menjadi orang kedua di Perwakilan Tetap RI untuk PBB di New York untuk periode 1981-1983. Dari New York ia ditunjuk sebagai Dubes RI untuk Kanada (1983-1985), menjalin kerja sama dengan para ahli dari negara itu. Ia, antara lain, bersama-sama mengerjakan lokakarya mengenai Laut China Selata
HASJIM DJALAL DIPLOMAT LAUT WAVASAN NUSANTARA KEWANGAN
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Prof Dr Hasjim Djalal, Pakar Hukum Laut Internasional, Meninggal DuniaProf Dr Hasjim Djalal, pakar hukum laut internasional dan diplomat kawakan, meninggal dunia di usia 90 tahun. Ia dikenal karena keahliannya memperjuangkan kedaulatan maritim Indonesia dan mewariskan pemikiran tentang Wawasan Nusantara.
Baca lebih lajut »
Pakar Hukum Laut Internasional Hasjim Djalal Meninggal DuniaPakar hukum laut internasional dan diplomat senior Indonesia, Hasjim Djalal, meninggal dunia di Jakarta pada usia 90 tahun.
Baca lebih lajut »
Hasjim Djalal, Pakar Hukum Laut Internasional, BerpulangHasjim memikirkan Wawasan Nusantara sebagai konsep untuk membina persatuan dan kesatuan nasional.
Baca lebih lajut »
Prof Dr Hasjim Djalal Meninggal Dunia di Usia 90 TahunPakar hukum laut internasional Prof Dr Hasjim Djalal meninggal dunia di usia 90 tahun. Hasjim dikenal sebagai diplomat kawakan yang memperjuangkan kedaulatan maritim Indonesia dan mencetuskan konsep Wawasan Nusantara.
Baca lebih lajut »
Diplomat senior Hasjim Djalal meninggal dunia pada usia 90 tahunDiplomat senior dan ahli hukum laut internasional Indonesia, Hasjim Djalal, menghembuskan nafas terakhirnya pada usia 90 tahun di Jakarta pada Minggu pukul ...
Baca lebih lajut »
Profil Hasjim Djalal, Diplomat Senior Indonesia yang Meninggal DuniaAyah Wakil Menteri Luar Negeri Dino Patti Djalal, Hasjim Djalal meninggal dunia pada Minggu (12/1/2025). Berikut profilnya.
Baca lebih lajut »