Kasus Kekerasan di Sekolah Meningkat 100 Persen, Pelaku Terbanyak Guru

Dosa Besar Pendidikan Berita

Kasus Kekerasan di Sekolah Meningkat 100 Persen, Pelaku Terbanyak Guru
Pendidikan Dasar Dan MenengahJppiKekerasan Di Sekolah
  • 📰 hariankompas
  • ⏱ Reading Time:
  • 80 sec. here
  • 11 min. at publisher
  • 📊 Quality Score:
  • News: 63%
  • Publisher: 70%

Tren kekerasan di sekolah makin mengkhawatirkan. Kinerja satgas dan tim antikekerasan perlu diperkuat, tak sekadar dibentuk sebagai syarat administrasi.

JAKARTA, KOMPAS — Kasus kekerasan di lingkungan satuan pendidikan melonjak. Jumlahnya mencapai 573 kasus pada 2024 atau meningkat lebih dari 100 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Ironisnya, pelaku terbanyak adalah guru atau tenaga kependidikan.

Ironisnya, kata Ubaid, pelaku terbanyak adalah guru yang jumlahnya mencapai 43,9 persen. Padahal, seharusnya guru menjadi orang yang paling diteladani di satuan pendidikan. Guru sering kali masih menggunakan cara-cara kekerasan untuk mendidik. JPPI menyoroti kinerja Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Satuan Pendidikan tingkat pemerintah daerah serta Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di tingkat sekolah yang belum efektif. Komitmen semua pihak untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman perlu diperkuat.Keberadaan satgas PPKSP dan TPPK masih belum banyak diketahui oleh masyarakat, sebanyak 83 persen orangtua dan masyarakat menyatakan tidak tahu keberadaannya.

Dalam data Asesmen Nasional tahun 2022, praktik kekerasan dialami terutama oleh 10-15 persen murid di Indonesia. Persentase itu terbilang amat besar jika dihitung dengan total siswa di seluruh sekolah. Namun, menurut Irsyad, secara umum kondisi sekolah di seluruh daerah relatif aman dari kekerasan.Dia mengakui pemerintah perlu menggencarkan program pencegahan dan penanganan kekerasan di satuan pendidikan.

Kasus kekerasan seksual jadi yang tertinggi dengan 42 persen, disusul perundungan , kekerasan fisik , kekerasan psikis , dan kebijakan diskriminatif . Korban kekerasan seksual terbanyak adalah perempuan, yakni 97 persen, sedangkan korban perundungan paling banyak yakni laki-laki sebesar 82 persen. Peningkatan kasus ini bisa dipandang dari dua sisi, kasus yang memang meningkat atau kesadaran publik meningkat yang didukung sistem pelaporan yang semakin baik.

Berita ini telah kami rangkum agar Anda dapat membacanya dengan cepat. Jika Anda tertarik dengan beritanya, Anda dapat membaca teks lengkapnya di sini. Baca lebih lajut:

hariankompas /  🏆 8. in İD

Pendidikan Dasar Dan Menengah Jppi Kekerasan Di Sekolah Perundungan Pendidikan Karakter Utama Sdgs SDG05-Kesetaraan Gender

Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama

Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.

Kekerasan di Sekolah hingga Pesantren 2024, JPPI: Terbanyak Kekerasan SeksualKekerasan di Sekolah hingga Pesantren 2024, JPPI: Terbanyak Kekerasan SeksualMayoritas kasus kekerasan di sekolah, madrasah, hingga pesantren pada 2024 merupakan kasus kekerasan seksual. Begini temuannya.
Baca lebih lajut »

Kasus Kekerasan di Lembaga Pendidikan MeningkatKasus Kekerasan di Lembaga Pendidikan MeningkatData JPPI menunjukkan peningkatan kasus kekerasan di sekolah, madrasah, dan pesantren.
Baca lebih lajut »

573 Kasus Kekerasan di Sekolah dan Pesantren di 2024, JPPI: Naik 100% dari 2023573 Kasus Kekerasan di Sekolah dan Pesantren di 2024, JPPI: Naik 100% dari 2023Data JPPI menunjukkan 573 kasus kekerasan di sekolah hingga pesantren terjadi pada 2024. Angka ini naik 100 persen dari tahun lalu.
Baca lebih lajut »

Tren Kekerasan di Sekolah Naik 2 Kali Lipat Selama 2024: Setiap Hari Ada Kasus Baru!Tren Kekerasan di Sekolah Naik 2 Kali Lipat Selama 2024: Setiap Hari Ada Kasus Baru!'Angkanya, 60 persen terjadi di lingkungan sekolah, 16 persen madrasah, dan 20 persen pesantren...'
Baca lebih lajut »

Reformasi Sekolah: Butuh Pendekatan 'Sekolah dalam Sekolah'Reformasi Sekolah: Butuh Pendekatan 'Sekolah dalam Sekolah'Profesor Yong Zhao dari Kansas University mendesak perubahan paradigma dalam sistem pendidikan. Dia berpendapat bahwa pendekatan 'sekolah dalam sekolah' yang memberi otonomi kepada siswa, guru, dan orang tua akan lebih efektif daripada reformasi tradisional yang berfokus pada buku teks, kurikulum, dan teknologi.
Baca lebih lajut »

Reformasi Sekolah: Saatnya Beralih ke Model 'Sekolah Dalam Sekolah'Reformasi Sekolah: Saatnya Beralih ke Model 'Sekolah Dalam Sekolah'Yong Zhao, Profesor Pendidikan di Kansas University, menyerukan perubahan paradigma pendidikan dengan mengadopsi model 'sekolah dalam sekolah'. Pendekatan ini memberikan otonomi dan penentuan nasib sendiri kepada siswa, guru, dan orangtua dalam mengarahkan pendidikan mereka.
Baca lebih lajut »



Render Time: 2025-02-13 15:24:00