Industri otomotif Indonesia menghadapi tantangan serius akibat melemahnya daya beli kelas menengah. Faktor utama yang menyebabkan penurunan daya beli ini adalah rendahnya produktivitas tenaga kerja yang tercermin dalam gaji real pekerja. Beberapa faktor lain yang turut berkontribusi, seperti inflasi tinggi, melambatnya pertumbuhan PDB per kapita, dan kebijakan ekonomi global. Pemerintah berusaha mengatasi tantangan ini dengan kebijakan insentif untuk meningkatkan daya beli masyarakat. Visi Indonesia 2045 yang ingin menaikkan jumlah kelas menengah menjadi 80% menjadi harapan untuk mendorong pertumbuhan industri otomotif di masa depan.
Rabu, 15 Januari 2025, menurunnya daya beli kelas menengah di Indonesia menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan melemahnya industri otomotif. Penurunan daya beli ini dipengaruhi oleh rendahnya produktivitas tenaga kerja, yang tercermin dalam gaji real pekerja. Pengamat ekonomi, Raden Pardede, menjabarkan data menunjukkan bahwa sejak tahun 2019, pertumbuhan produktivitas pekerja lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan inflasi.
Hal ini menjadi salah satu penyebab industri otomotif mengalami penurunan dan sulit bergerak maju. Raden Pardede menjelaskan dalam acara Prospek Industri Otomotif 2025 dan Peluang Insentif dari Pemerintah, di Kantor Kementerian Perindustrian, Selasa (14/1/2025), bahwa jika produktivitas tenaga kerja lebih rendah dari kenaikan inflasi, maka terjadi deteriorasi daya beli masyarakat.Selain faktor daya beli, beberapa faktor lain turut menyebabkan melemahnya industri otomotif Indonesia, seperti inflasi yang tinggi, melambatnya pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita, fluktuasi nilai tukar mata uang asing, suku bunga tinggi, keterbatasan pembiayaan, dan regulasi pemerintah. Raden Pardede menekankan bahwa masalah insentif bukanlah faktor utama yang menyebabkan stagnasi penjualan mobil. Yang lebih penting adalah bagaimana meningkatkan jumlah kelas menengah dan menciptakan lapangan kerja dengan gaji yang layak. Meningkatkan daya beli masyarakat menjadi kunci untuk menguatkan industri otomotif.Raden Pardede menjelaskan lebih lanjut bahwa meskipun produksi mobil sempat mengalami peningkatan sebelum masa pandemi Covid-19, penjualan mobil di Indonesia justru stagnan atau bahkan cenderung turun. Ekspor Completely Built Up (CBU) juga mengalami kenaikan tetapi mulai stagnan. Ke depannya, tantangan ekonomi global, seperti kebijakan Presiden Amerika Serikat, Trump yang menerapkan tarif tinggi, akan semakin sulit diatasi. Pemerintah berusaha mengatasi tantangan ini dengan kebijakan insentif untuk meningkatkan daya beli masyarakat. Raden Pardede optimis bahwa dengan visi Indonesia 2045 yang ingin menaikkan jumlah kelas menengah menjadi 80%, maka 80% masyarakat Indonesia akan mampu membeli mobil dan rumah. Namun, untuk mencapai visi ini, pertumbuhan ekonomi harus diiringi dengan peningkatan kualitas hidup masyarakat, terutama dalam hal daya beli dan kesejahteraan
INDUSTRI OTOMOTIF DAYA BELI KELAS MENENGAH PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA Inflasi INSENTIF
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Daya Beli Lemah dan Insentif Pendek Ancam Industri IndonesiaDirektur Eksekutif CORE Indonesia, Mohammad Faisal, menyoroti dua masalah utama yang mengancam industri Indonesia: daya beli masyarakat yang lemah dan insentif yang diberikan pemerintah terlalu pendek. Faisal berpendapat bahwa insentif tersebut belum cukup untuk meredam dampak kenaikan PPN 12 persen, terutama bagi industri padat karya yang terpuruk seperti tekstil dan alas kaki.
Baca lebih lajut »
Upaya Cocoa Life Mendorong Praktik Berkebun Kakao Berkelanjutan di IndonesiaIndustri kakao memiliki peran strategis dalam perekonomian Indonesia, baik dari sisi sektor industri maupun kesejahteraan petani.
Baca lebih lajut »
AFTECH: Kolaborasi fintech meningkatkan daya saing industriWakil Ketua Umum I Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) Lily M Sambuaga mengatakan kolaborasi financial technology (fintech) dengan lintas sektor dapat menjadi ...
Baca lebih lajut »
Erick Thohir tanggapi turunnya peringkat FIFA Indonesia ke 127Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Erick Thohir menanggapi menurunnya peringkat FIFA Indonesia dua tingkat dalam data terbaru dari induk ...
Baca lebih lajut »
Mendag dorong industri teh miliki daya saing kejar pasar luar negeriMenteri Perdagangan Budi Santoso mendorong industri teh dalam negeri memiliki daya saing dalam rangka mengejar pasar ekspor.Budi meyakini hal tersebut bisa ...
Baca lebih lajut »
Ekonom Dorong Prabowo Kembangkan Industri Berbasis Sumber Daya AlamDidik J. Gunardja, ekonom senior, menyarankan Prabowo Subianto untuk fokus pada reindustrialisasi berbasis sumber daya alam yang melimpah di Indonesia. Didik menekankan perlunya strategi ini untuk mengatasi deindustrialisasi dini dan mencapai target pertumbuhan ekonomi tinggi.
Baca lebih lajut »