Penerimaan pajak tinggi akan percuma bila belanja negara masih business as usual tanpa ada langkah inovatif dalam upaya imbal hasil balik terhadap penerimaan pajak. Silpa yang masih tinggi harus dievaluasi dan diperbaiki. Opini AdadiKompas
Pandemi Covid-19 kini menjadi krisis multidimensi: krisis kesehatan, ekonomi, sosial, hingga politik. Perlambatan ekonomi global berimplikasi serius pada penerimaan pajak negara, di saat anggaran belanja negara harus digenjot untuk meredam dampak krisis.berefek bumerang pada makin besarnya defisit fiskal.
Besar pasak daripada tiang.merupakan pendekatan sebaliknya, dalam arti mengurangi pengeluaran dan menaikkan pajak saat ekonomi, serta meningkatkan pengeluaran dan memangkas pajak saat ekonomi sedang resesi. Melalui kebijakan, pemerintah melindungi masyarakat yang paling rentan serta membantu dunia usaha terutama UMKM agar kegiatan ekonomi tetap berjalan.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Tourism Aerial Video and Photography Hadirkan 34 Droner Gairahkan Kembali Pariwisata KalselMelalui event ini, kata Sandiaga, diharapkan bisa membantu masyarakat Kalimantan Selatan untuk memacu sektor ekonomi kreatif.
Baca lebih lajut »
Bawaslu Sebut Hal ini Jadi Tantangan Berat Pemilu 2024Bawaslu menyebut hal ini menjadi tantangan berat pada penyelenggaraan Pemilu 2024. Bawaslu
Baca lebih lajut »
Begini Kondisi Ekonomi Republik Guinea yang Dikudeta MiliterEkonomi Guinea dilaporkan memburuk imbas pandemi Covid-19 seperti negara-negara lain di dunia.
Baca lebih lajut »
Negara Kaya Surplus Vaksin Covid Lebih dari 1 Miliar Dosis |Republika OnlineSurplus vaksin itu tidak dialokasikan sebagai sumbangan untuk negara-negara miskin.
Baca lebih lajut »
Kesenjangan Vaksinasi, WHO: Dari 5 Miliar Vaksin COVID-19, Cakupan di Afrika Baru 2 PersenDistribusi vaksin COVID-19 sekitar 75 persen terkonsentrasi di 10 negara saja. Sementara itu, negara-negara Afrika baru sedikit yang menerima vaksin COVID-19.
Baca lebih lajut »