Hasil survei home interview kedua, diperoleh potensi respons awal pemudik 68 persen tidak mudik dan 24 persen akan mudik.
Liputan6.com, Jakarta - Survei yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perhubungan menunjukkan, bahwa sebagian masyarakat masih bersikeras untuk mudik di tengah penerapan pembatasan sosial berskala besar .
"Tujuh persen ini seperti mahasiswa, anak-anak kos yang sudah mudik duluan atau orang yang sudah work from home ," ucap Umiyatun. "24 persen ini mereka yang masih mengupayakan lewat jalan tikus atau asisten rumah tangga yang merengek pulang karena diancam oleh keluarganya di kampung," kata Umiyatun. Misalnya saja berupa lawan arus atau satu arah jika diperlukan, memperketat pengawasan dan pengendalian transportasi, serta melakukan tes Covid-19 bagi masyarakat yang melakukan perjalanan balik.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Survei Kemenhub: Masyarakat masih bersikeras untuk mudikPemerintah pusat telah menyiapkan strategi, yakni mengkoordinasikan seluruh perangkat keamanan pemerintah daerah guna pengamanan akses keluar masuk wilayah zona merah. MudikTetapDilarang
Baca lebih lajut »
Pandemi Memasung Survei Opini – Bebas Akses[RISET] Pandemi tidak hanya soal ancaman kesehatan masyarakat. Penyelenggaraan survei opini publik pun terimbas. Esensi survei opini mulai terdekonstruksi, beralih menjadi instrumen mobilisasi pendapat publik. Riset adadikompas
Baca lebih lajut »
Survei: Penghimpunan Laz Menurun Akibat Covid-19 |Republika OnlinePenurunan donasi akibat tekanan pendapatan para donatur.
Baca lebih lajut »
Survei: Donasi di Lembaga Filantropi Turun Akibat Covid-19Biasanya Ramadhan merupakan puncak penghimpunan donasi, tetapi tahun ini turun.
Baca lebih lajut »
Survei: DKI Jakarta, Bogor dan Bali Berhasil Tekan Angka Penyebaran Covid-19 - Tribunnews.comProvinsi Bali yang tidak menerapkan PSBB disebut oleh survei ini menunjukan tren penurunan angka Covid-19.
Baca lebih lajut »