Warga Baduy Luar di Desa Kanekes, Banten, memanfaatkan platform digital untuk berjualan. Hasilnya bermanfaat untuk diri sendiri dan desa.
Tempat tinggal boleh terpencil, tetapi jualan bebas mengembara. Di Desa Kanekes , Kabupaten Lebak, Banten , warga Baduy Luar yang terkenal hidup sederhana itu sibuk menawarkan barang dan jasa di dunia maya kepada pelanggan luar desa sampai luar negeri. Semua laris manis!
Bagi dia, jualan daring punya pasar besar selain di pameran-pameran. Apalagi rumahnya tidak berada di jalur pariwisata sehingga tamu jarang melintas. Mursid tinggal di Kampung Cicempaka bersama istri dan dua anaknya. Jarak kampung ini sekitar 1 jam jalan kaki dari Terminal Ciboleger, salah satu gerbang untuk menuju permukiman orang Baduy.
Di bukit itu, Mursid bisa menunggu dalam berbagai posisi selama berjam-jam jika ingin mengunggah foto jualan atau mengurus pesanan. Untung ada sebuah, di situ dulu kebun durian. Pernah saya kaget waktu lagi sibuk lihat ponsel, ada sigung. Saya langsung lari, takut dikentutin,” ceritanya. Bertahun-tahun kemudian, platform lain juga dilirik. Sejak 2017, Sarka alias Ako dan Ayu di Desa Kaduketug 1 rajin berjualan produk khas Baduy secara daring. Mereka berpromosi di Instagram dan Tiktok serta sejumlah platform e-dagang, di antaranya Shopee, Tokopedia, dan Lazada. Akun jualan mereka di Instagram punya 12.100 pengikut lebih.
Kerja keras mereka berbuah manis. Setiap bulan, Ako dan Ayu bisa memperoleh omzet kotor Rp 8 juta-Rp 10 juta. Cukup untuk biaya hidup sehari-hari. Pembelinya dari seluruh Indonesia, bahkan sampai Papua.Produk yang dijual warga Baduy Luar secara daring kian bervariasi seiring waktu. Di Kampung Cicakal Muara, Sadi atau yang biasa dipanggil Sadil menawarkan jasa sebagai pemandu Saba Budaya Baduy sejak tahun 2022.
Mereka lebih banyak berjualan di platform digital untuk berkomunikasi, seperti Whatsapp, Instagram, dan Facebook. Tidak banyak yang terjun ke platform e-dagang, sebutlah Shopee, Tokopedia, dan Lazada. Bahkan, anak-anak kecil di kampung mulai menghabiskan waktu di depan layar. Sama seperti orang lainnya, mereka juga sibuk menonton video Tiktok. Pada Rabu , contohnya, lagu ”APT.” oleh Rose dan Bruno Mars memecah keheningan sore di Kampung Kaduketug 1.
”Mereka paling banyak kontak lewat Instagram. Di situ, saya menawarkan rute, menjelaskan medan perjalanan seperti apa, dan lama perjalanan,” kata Sadil yang kerap menerima bayaran seikhlasnya.Setidaknya, warga Baduy Luar tidak melupakan kewajiban adat. Mursid menggunakan keuntungan hasil jualan agar ia bisa berladang. Ia sudah membeli tanah di luar desa untuk bercocok tanam.
Mursid disebut-sebut sebagai salah satu orang Baduy Luar yang pertama berjualan di media sosial. Sejak 2015, laki-laki ini mulai menggunakan ponsel pintar menawarkan hasil bumi, seperti gula aren dan madu, tenun, serta kerajinan tangan Baduy di Facebook dan Instagram. ”Di sini susah sinyal, sudah bertahun-tahun enggak ada perubahan, jadi kami sudah terbiasa. Kayaknya karena lokasi kampungnya terlalu tinggi sama hutannya terlalu rimbun,” kata Mursid, Rabu .
Mursid mencari sinyal di Kampung Cicempaka, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten, Rabu . Sejak tahun 2015, Mursid sudah berjualan hasil bumi, seperti madu, gula aren, serta tenun menggunakan ponsel pintar. Untuk mendapatkan sinyal, Mursid harus pergi ke sebuah perbukitan yang jaraknya 100 meter dari rumahnya.
Bagi Ako yang tidak sekolah formal, berjualan daring punya tantangan sendiri. ”Generasi saya rata-rata belajar baca tulis secara otodidak. Saya sempat bingung dengan istilah-istilah di internet, jadi harus cari tahu di Google. Sekarang sudah terbiasa,” ceritanya. Menurut Jaro Oom, 80 persen penduduk Baduy Luar terlibat dalam usaha mikro, kecil, dan menengah produk kerajinan tangan dan hasil bumi. Akan tetapi, hanya segelintir yang paham cara berjualan di platform daring.
Menurut Amir, Baduy sebetulnya telah familiar dengan namanya teknologi komunikasi sejak awal tahun 2000-an. ”Kami sudah tahu di Indonesia ada ponsel tahunSekitar tahun 2008, mulai banyak orang yang pakai ponsel di Baduy Luar. Sinyal pun sudah lancar sejak menara telekomunikasi dibangun dekat perbatasan desa. Makin ke sini, Amir menjelaskan, hampir semua warga Baduy Luar punya ponsel sendiri.
Baduy Luar Ciboleger Jualan Daring Platform E-Dagang Urban Banten Desa Kanekes Sinyal Masyarakat Adat Gawai
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Setelah Penjual Es Teh, Video Lama Miftah Maulana Sindir Profesi Dokter Viral di MedsosVideo lama Miftah Maulana muncul di media sosial seperti X dan Instagram. Kali ini, dalam video tersebut tampak Miftah menyindir bahwa dokter tidak pintar.
Baca lebih lajut »
Arti Mimpi Mendengar Orang Mengetuk Pintu, Pahami dari Beda Ketukan dan WaktunyaPelajari arti mimpi mendengar orang mengetuk pintu dan berbagai tafsirannya. Temukan makna spiritual dan psikologis di balik mimpi ini.
Baca lebih lajut »
Momen Ular Piton Mengetuk Jendela Rusun Lantai 2, Bikin Penghuni Rumah PanikUlar piton mencoba masuk ke jendela lantai 2 rumah susun. Dia terdengar seperti sedang mengetuk.
Baca lebih lajut »
Pergantian Presiden dan Penyelesaian Kasus HAMUntuk pertama setelah Reformasi, bahkan setelah Indonesia merdeka, kejahatan HAM Berat masa lalu diakui oleh negara.
Baca lebih lajut »
Warga Baduy Bergotong Royong Memperbaiki Jembatan Gantung NayagatiYayasan Dana Kemanusiaan Kompas berkolaborasi dengan Relawan Kampung memperbaiki Jembatan Gantung Nayagati untuk warga Baduy.
Baca lebih lajut »
Polisi Amankan Pelaku Pencabulan Terhadap Pelajar di SimalungunAksi tersangka gagal ketika tiga orang saksi berinisial RG OP dan SS mengetuk pintu kamar mandi
Baca lebih lajut »