'Di pedesaan ada yang kadang tidak makan saya kadang-kadang menangis jadi saya mohon tolong pemerintah perhatian.' via detikfinance
. Per 19 Agustus 2020, realisasi mencapai Rp 174,79 triliun atau baru sekitar 25,1% dari pagu anggaran Rp 695,2 triliun.
"Di pedesaan ada yang kadang tidak makan saya kadang-kadang menangis jadi saya mohon tolong pemerintah perhatian. Jadi tersentuh saya Bu karena memang melihat sendiri ada yang dapat perhatian bantuan satu orang, sementara orang yang lain tidak mendapat bantuan. Jadi artinya data penerima PEN ini sangat-sangat perlu diperhatikan, tolong diperhatikan," katanya saat rapat kerja Pemulihan Ekonomi Nasional yang dihadiri Sri Mulyani, Senin .
"Jika hal ini terjadi pertumbuhan ekonomi di kuartal III ini disebabkan karena PEN gagal diimplementasikan, harusnya bulan ini PEN sudah mencapai 70%. Saya mohon agar progres pengadaan program dan jasa harus ada inovasi, hal ini sangat penting untuk memudahkan birokrasi bagi PEN," ujarnya.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Pemerintah Mau Tunda Iuran BP Jamsostek hingga Akhir 2020Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pemerintah mau menunda pembayaran iuran BP Jamsostek atau BPJS Ketenagakerjaan hingga akhir 2020.
Baca lebih lajut »
Trump Disebut Mau Jual Puerto Rico Gara-gara Kotor dan MiskinPresiden Amerika Serikat Donald Trump disebut berencana menjual Puerto Rico karena dianggap miskin dan kotor.
Baca lebih lajut »
Barcelona Mau Cuci Gudang, Gaji Pemain Jadi PenghalangUsaha cuci gudang pemain Barcelona memiliki satu penghalang besar: gaji para pemain yang hendak mereka lepas tidaklah kecil.
Baca lebih lajut »
Nikah Kontrak Pernah Dibolehkan Lalu Dilarang Sampai Kiamat |Republika OnlineNikah kontrak saat ini sudah dilarang.
Baca lebih lajut »
Terungkap, Alasan Shell Tak Mau Lagi Investasi di Blok MaselaKeputusan keluarnya Shell Upstream Overseas Ltd dari Proyek Abadi Blok Masela di Maluku terus menimbulkan polemik
Baca lebih lajut »