Sementara Rusia semakin diisolasi negara-negara Barat karena menginvasi Ukraina, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping akan bertemu di Uzbekistan. Pertemuan itu akan menunjukkan sampai di mana kekuatan kerja sama kedua negara.
Samarkand adalah kota di Uzbekistan yang pernah menghubungkan negara-negara Eropa Selatan dengan China melalui Jalur Sutra. Kota kuno ini menjadi ajang pertemuan yang sarat nuansa geopolitik.
Rusia telah melirik ke China untuk membantunya dari sanksi internasional dan memperkuat hubungan. Tetapi, sejumlah analis menilai, hubungan mereka tidak setara. Pasalnya, menurut analis, China melihat Rusia sebagai mitra politik, bukan mitra ekonomi. Alexey Malashenko dari Institut Penelitian Dialog Peradaban di Moskow menyampaikan pandangannya melalui Skype. “Berapa volume perdagangan antara Rusia dan China? Bukankah China mitra terbaik Rusia? Hanya 143 miliar dolar!
Rusia mungkin bukan mitra dagang terbesar China. Tetapi negara itu kini adalah mitra politik terbesar Rusia.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Moskow: Perang Hibrida Dengan Barat Memasuki Level Baru, Ingin Rusak Stabilitas Ekonomi Rusia - Tribunnews.comMenteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menyebut perang hibrida antara negara-negara Barat dengan Rusia yang telah berlangsung lama
Baca lebih lajut »
Produksi Senjata Barat Ditingkatkan saat Ukraina Kehabisan PersediaanProduksi senjata Barat ditingkatkan saat Ukraina kehabisan persediaan karena menghadapi invasi Rusia.
Baca lebih lajut »
Update Perang Rusia vs Ukraina: Zelensky Rebut Sebagian Ukraina, Pertanda Perang Akan Usai?Pasukan Rusia telah meninggalkan posisi bertahan dan merubah strateginya untuk melakukan penyerangan khusus ke Rusia.
Baca lebih lajut »
Putin dan Xi Jinping Bahas Ukraina dan TaiwanPresiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Tiongkok Xi Jinping akan membahas terkait Ukraina dan Taiwan pada pertemuan di Uzbekistan pada Kamis (15/9) yang menurut Kremlin akan memiliki makna khusus mengingat situasi geopolitik.
Baca lebih lajut »