Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menyatakan bahwa krisis Ukraina tidak memiliki solusi cepat dan Rusia bersikap realistis mengenai situasi tersebut. Ia menekankan pentingnya perjanjian keamanan dan stabilitas yang dapat diandalkan untuk menyelesaikan konflik.
Kamis, 26 Desember 2024 14:14 WIB Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menyampaikan pidato pada Konferensi Internasional Minsk Ke-2 tentang Keamanan Eurasia di Minsk, Belarus, 31 Oktober 2024. Moskow (ANTARA) - Rusia mengakui bahwa tidak ada penyelesaian yang mudah untuk krisis Ukraina dan pihaknya bersikap realistis mengenai situasi tersebut, kata Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergei Lavrov pada Rabu (25/12).
'Kami bersikap realistis dan saat ini tidak memiliki gambaran apa pun tentang prospek penyelesaian yang mudah dari krisis Ukraina,' kata Lavrov dalam sebuah wawancara. Lavrov mengatakan krisis tersebut hanya dapat diselesaikan dalam konteks kesepakatan mengenai keamanan dan stabilitas yang dapat diandalkan di Eropa, yang akan mencerminkan kepentingan Rusia dan kepentingan semua negara lainnya. Ia juga mengatakan Moskow bersikap realistis mengenai perubahan seiring dengan kehadiran pemerintahan Donald Trump di Amerika Serikat. Ia mengungkapkan prinsip-prinsip yang dirumuskan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin mengenai penyelesaian krisis Ukraina bukanlah prasyarat, melainkan didasarkan pada hukum internasional. 'Kami tidak pernah meninggalkan negosiasi akan tetapi kami perlu melihat proposal yang serius dan konkret ketika proposal tersebut disampaikan kepada kami,' kata Lavrov. Mengenai gencatan senjata yang saat ini sedang dibahas antara Barat dan Ukraina, Lavrov mengatakan Rusia membutuhkan perjanjian yang dapat diandalkan dan mengikat secara hukum yang akan menghilangkan akar penyebab konflik tersebut
Keamanan Eurasia Krisis Ukraina Rusia Sergei Lavrov Donald Trump
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Perang Rusia-Ukraina: AS Desak Ukraina Turunkan Usia Wajib Militer dan Berikan Bantuan SenjataPerang Rusia-Ukraina yang berlangsung lebih dari 33 bulan telah berdampak signifikan. AS mendesak Ukraina untuk menurunkan usia wajib militer dan memberikan bantuan senjata. Serangan rudal dan drone Ukraina menunjukkan peningkatan kemampuan serangan jarak jauh.
Baca lebih lajut »
Perang Ukraina: Kenapa pembelot Korut di Korsel ingin berperang melawan Rusia di Ukraina?Sekelompok pembelot Korea Utara di Korea Selatan berencana pergi ke garis depan Ukraina demi mengajak tentara Korea Utara yang berperang untuk Rusia agar membelot. Mengapa mereka melakukannya?
Baca lebih lajut »
Rudal Korut Ditemukan di Ukraina, Perang Rusia-Ukraina DiperburukTemuan sisa rudal buatan Korea Utara di Ukraina memicu kekhawatiran akan eskalasi perang Rusia-Ukraina. Lembaga CAR menyatakan ini adalah bukti pertama keterlibatan langsung Korut dalam konflik tersebut.
Baca lebih lajut »
Rudal Korea Utara Ditemukan di Ukraina, Perang Rusia-Ukraina Diperkirakan Makin PanasTemuan sisa rudal buatan Korea Utara di Ukraina meningkatkan kekhawatiran akan eskalasi perang Rusia-Ukraina.
Baca lebih lajut »
Temuan Rudal Korut di Ukraina: Perang Rusia-Ukraina Kian PanasLembaga CAR menemukan bukti rudal buatan Korea Utara digunakan Rusia dalam menyerang Ukraina, memicu kekhawatiran pertempuran semakin memanas.
Baca lebih lajut »
Zelenskyy Tegaskan Tentara Ukraina tidak Mati Sia-sia Lawan RusiaPRESIDEN Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyatakan tentara Ukraina yang tewas tidak mati sia-sia dalam perang melawan Rusia
Baca lebih lajut »