Proyek revitalisasi pasar Munjul yang diresmikan pada tahun 2014 mengalami keterlambatan yang sangat panjang. Meski sudah menghabiskan anggaran Rp 10,2 miliar, proyek ini kini hanya menyisakan reruntuhan dan terbengkalai. Kondisi ini tentu saja menimbulkan pertanyaan mengenai alokasi anggaran dan pengawasan proyek tersebut.
Proyek revitalisasi gedung Pasar Munjul, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur, telah mangkrak selama lebih dari 10 tahun. Kini sisa proyek pembangunan senilai Rp 10,2 miliar itu malah tak lagi terurus. Berdasarkan pantauan di lokasi, Senin (13/1/2025), pasar ini berlokasi di Jl. Raya Munjul dan sangat dekat dengan Kompleks Polri Munjul. Posisi pasar sedikit menjorok ke dalam dengan kawasan hijau yang dipenuhi pepohonan berada di depan.
Saat memasuki kawasan pasar dari gapura gerbang utama, pengunjung akan langsung menemui dua bangunan. Satu bangunan berwarna biru pada sisi kanan atau utara pasar, dan satu gedung lainnya berwarna putih kusam pada sisi kiri atau selatan pasar. Bagi bangunan biru pasar Munjul terlihat dibangun semi permanen menggunakan bahan seng untuk atap dan dinding. Di area bangunan ini terdapat banyak kios yang didominasi oleh pedagang bumbu dapur, perabot rumah tangga, pakaian dan barang dagangan lainnya yang kerap ditemui di pasar. Sedangkan untuk bangunan putih pasar Munjul terlihat seperti bangunan yang belum selesai. Sebab bangunan ini tidak memiliki atap, kemudian ada sisa tiang pondasi menjulang. Sebagai informasi, menurut laporan dalam situs berita resmi Pemprov Jakarta (Berita Jakarta) pada 2014 lalu dikatakan renovasi pasar Munjul ini dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis Lokasi Binaan (UPT Lokbin) Jakarta. Renovasi ini dilakukan agar pasar yang mulai beroperasi sejak 2004 silam itu bisa menampung lebih banyak pedagang. Hal ini juga dimaksudkan untuk menjawab keluhan para pedagang yang mengaku omsetnya terus merosot akibat maraknya pedagang kaki lima yang berjualan di luar Lokbin Munjul. Karena jenis dagangan serta harga yang nyaris sama, para pembeli pun enggan masuk ke dalam pasar. Selain itu, lokbin ini juga akan dilengkapi dengan musholah, MCK dan tempat parkir yang lebih luas sehingga membuat para pedagang dan pembeli menjadi lebih nyaman. Kala itu renovasi ini diperkirakan menelan anggaran hingga Rp 10,2 miliar. Namun sayang hingga awal 2025 ini ternyata proyek tersebut masih mangkrak, dan hanya menyisakan bangunan terbengkalai
PROYEK MANGKRAK PASAR MUNGJUL JAKARTA TIMUR Revitalisasi ANGGARAN
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Proyek Revitalisasi Pasar Munjul Mangkrak Lebih dari 10 TahunProyek revitalisasi Pasar Munjul di Jakarta Timur, yang dimulai pada tahun 2014, telah mangkrak selama lebih dari 10 tahun. Pembangunan yang bernilai Rp 10,2 miliar itu hanya menyisakan bangunan terbengkalai dan tidak lagi terurus.
Baca lebih lajut »
Proyek Revitalisasi Pasar Munjul Mangkrak, Pedagang KecewaProyek revitalisasi Pasar Munjul, Jakarta Timur, yang dianggarkan Rp 10,2 miliar telah mangkrak lebih dari 10 tahun. Pembangunan yang dihentikan secara tiba-tiba telah membuat para pedagang merasa kecewa karena kondisi pasar yang tidak layak guna dan terus diwajibkan membayar retribusi bulanan.
Baca lebih lajut »
10 Tahun Proyek Pasar Munjul Mangkrak, Omzet Pedagang Jatuh Sampai 90%Proyek pasar Munjul di Jakarta Timur mangkrak 10 tahun, menyebabkan omzet pedagang turun hingga 90%. Banyak yang gulung tikar akibat kondisi ini.
Baca lebih lajut »
Kondisi Pasar Munjul Jaktim Tak Terurus, Kini Jadi Sarang UlarKondisi pasar Munjul, Jakarta Timur, memprihatinkan setelah proyek revitalisasi mangkrak. Pedagang berharap pemerintah segera menata kembali kawasan itu.
Baca lebih lajut »
Pedagang Pasar Munjul Teriak: Mangkrak 10 Tahun, Retribusi Naik Terus!Proyek revitalisasi pasar Munjul di Jakarta Timur mangkrak 10 tahun, memaksa pedagang berjualan di kios semi permanen dan membayar retribusi yang terus naik.
Baca lebih lajut »
Diskursus Pasar Rakyat: Dari Revitalisasi hingga Ruang PublikBerita ini membahas perubahan istilah 'pasar tradisional' menjadi 'pasar rakyat' dalam UU No. 7 tahun 2014, yang bertujuan untuk menghapus dikotomi tradisional dan modern. Perubahan ini memunculkan diskursus tentang aktivitas jual beli dalam domain publik dan menelusuri genealogi 'pasar rakyat' melalui referensi penting seperti penelitian SMERU tahun 2007 dan buku 'Revitalisasi Pasar Tradisional untuk Memajukan Perdagangan di Indonesia'.
Baca lebih lajut »