Laporan WEF 2025 mengungkap potensi PHK massal di industri tekstil akibat penerapan AI. Kedua ahli industri, Redma Gita Wirawasta dan M Shobirin Hamid, membahas dampak positif dan negatif AI bagi industri tekstil.
Laporan World Economic Forum Pada 7 Januari 2025 menyebutkan adanya potensi sebanyak 41% perusahaan di dunia akan mengurangi tenaga kerja pada 2030 seiring dengan meluasnya implementasi kecerdasan buatan atau artificial intelligence .
Ketua Umum Insan Kalangan Ahli Tekstil Seluruh Indonesia , M Shobirin Hamid menyebutkan adopsi teknologi AI di industri tekstil merupakan sebuah keniscayaan seiring dengan meluasnya perkembangan transformasi teknologi global. Teknologi AI bisa dimanfaatkan industri tekstil untuk mendorong produksi dan efisiensi seperti mempercepat proses desain hingga percepatan rantai pasok. Namun di sisi lain teknologi AI bisa mengurangi kebutuhan pekerja yang terkait penggunaannya.
Senada dengan IKATSI, Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat & Benang Filamen Indonesia Redma Gita Wirawasta menyebutkan pemanfaatan teknologi bisa menjadi salah satu jalan keluar untuk meningkatkan daya asing. Namun penerapannya di industri tekstil membutuhkan investasi yang besar. Seperti apa penerapan AI di industri tekstil? Selengkapnya simak dialog Anneke Wijaya dengan Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat & Benang Filamen Indonesia Redma Gita Wirawasta dan Ketua Umum Insan Kalangan Ahli Tekstil Seluruh Indonesia , M Shobirin Hamid dalam Profit, CNBC Indonesia
Kecerdasan Buatan AI Industri Tekstil PHK Transformasi Teknologi
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Dunia Usaha Lagi Sulit, Raksasa Industri Mau PHK 8.250 PekerjaRaksasa industri Jerman Bosch akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal secara bertahap kepada ribuan pekerjanya.
Baca lebih lajut »
Tsunami PHK Lagi, Raksasa Jerman Bakal Pecat 8.250 PekerjaRaksasa industri Jerman, Bosch, akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal.
Baca lebih lajut »
Pailitnya Sritex dan Ancaman PHK Massal di Industri TekstilPerusahaan tekstil Sritex dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga Semarang. Situasi ini diiringi dengan kesulitan bagi industri tekstil domestik akibat tekanan dan PHK massal. Pemerintah memberikan stimulus berupa penanggungan PPh Pasal 21 dan subsidi kredit investasi, namun nasib 3 juta karyawan di sektor tekstil masih terancam. Ombudsman RI akan mengevaluasi regulasi yang memungkinkan impor barang jadi merusak industri tekstil dalam negeri.
Baca lebih lajut »
PHK Massal Terjadi di Berbagai Sektor IndustriPresiden ASPIRASI, Mirah Sumirat, menyatakan PHK massal masih menjadi masalah besar bagi pekerja Indonesia sepanjang tahun 2024. Hampir seluruh sektor industri terdampak, terutama tekstil dan alas kaki, otomotif, telekomunikasi, dan perbankan. Data Kemnaker menunjukkan 67.870 orang terkena PHK dari Januari hingga November 2024. Mirah menyoroti Peraturan Menteri Perdagangan No.8 tahun 2024 tentang Impor sebagai salah satu penyebab, karena membanjiri pasar dengan produk impor yang lebih murah, sehingga memaksa perusahaan lokal tutup dan menyebabkan PHK massal.
Baca lebih lajut »
PHK Massal Terancam Menglanda Industri Alas Kaki dan Tekstil di IndonesiaTiga perusahaan di Indonesia, bergerak di industri alas kaki dan tekstil, dikabarkan siap melakukan PHK massal pada awal tahun 2025. Presiden KSPN Ristadi mengungkapkan, PHK tersebut akan berdampak pada ribuan pekerja di Kabupaten Tangerang, Kabupaten Subang, dan Kabupaten Bandung.
Baca lebih lajut »
Gelombang PHK Massal Terjadi di Industri Tekstil IndonesiaPuluhan pabrik tekstil di Indonesia terpaksa melakukan efisiensi dan PHK massal akibat penurunan permintaan produksi. Gelombang PHK ini meluas dari pabrik garmen ke pabrik bahan baku seperti benang.
Baca lebih lajut »