Pendidikan Vokasi: Antara Kebutuhan Industri dan Persepsi Masyarakat

Pendididikan Berita

Pendidikan Vokasi: Antara Kebutuhan Industri dan Persepsi Masyarakat
Pendidikan VokasiKebutuhan IndustriSarjana
  • 📰 kompascom
  • ⏱ Reading Time:
  • 84 sec. here
  • 8 min. at publisher
  • 📊 Quality Score:
  • News: 54%
  • Publisher: 68%

Artikel ini membahas tentang ketidakselarasan antara kebutuhan industri akan tenaga kerja siap pakai dengan preferensi masyarakat yang masih cenderung memilih jalur akademik konvensional. Dibahas pula tentang persepsi masyarakat terhadap pendidikan vokasi yang masih sering dipandang sebagai 'opsi kedua'.

Para mahasiswa mengikuti sesi pelajaran teori yang memanfaatkan alat peraga di dojo atau kelas di Akademi Komunitas Toyota Indonesia (AKTI) yang berlokasi di Kawasan Industri KJIE, Margamulya, Kecamatan Telukjambe, Karawang, Jawa Barat, pada hari Selasa tanggal 14 Maret 2023. Program pendidikan vokasi ini mendidik 64 mahasiswa dari total 4.000 pendaftar yang telah diseleksi.

Kriteria untuk menjadi mahasiswa di program ini mencakup akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3.Meskipun dunia industri memiliki kebutuhan akan tenaga kerja siap pakai, mayoritas pelajar masih saja terpaku pada jalur akademik konvensional. Data menunjukkan bahwa lebih dari satu juta lulusan SMA memilih program studi akademik di perguruan tinggi negeri, sementara hanya 360.000 yang memilih jalur vokasi. Bahkan lulusan SMK pun tidak luput dari tren ini, dengan 224.000 siswa memilih program sarjana dan 81.000 siswa yang memilih vokasi. Angka-angka ini bukan hanya statistik belaka, melainkan cerminan nyata dari ketidakselarasan antara preferensi pendidikan dengan kebutuhan industri yang mendesak—paradoks yang menantang para pemangku kebijakan untuk merancang ulang sistem pendidikan agar lebih responsif terhadap dinamika zaman. Pendidikan vokasi, yang secara inheren dirancang untuk menjembatani kesenjangan antara akademia dan industri, ironisnya masih sering dipandang sebagai 'opsi kedua' atau bahkan 'kelas dua' dalam hierarki pendidikan tinggi. Menurut Dirjen Pembinaan, antara pendidikan sarjana dan vokasi bukan sekadar persoalan preferensi individual, melainkan manifestasi dari struktur nilai sosial secara lebih luas. Pendidikan sarjana, dengan fokusnya pada pengembangan keilmuan teoretis, acap kali dipersepsikan sebagai jalan menuju status sosial yang lebih tinggi dan peluang karier yang lebih prestisius

Berita ini telah kami rangkum agar Anda dapat membacanya dengan cepat. Jika Anda tertarik dengan beritanya, Anda dapat membaca teks lengkapnya di sini. Baca lebih lajut:

kompascom /  🏆 9. in İD

Pendidikan Vokasi Kebutuhan Industri Sarjana Kemampuan Era Digital

Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama

Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.

Pendidikan Vokasi di Indonesia: Definisi, Perbedaan dengan Akademik, dan JenjangnyaPendidikan Vokasi di Indonesia: Definisi, Perbedaan dengan Akademik, dan JenjangnyaArtikel ini membahas tentang pendidikan vokasi di Indonesia, meliputi definisi, perbedaannya dengan pendidikan akademik (sarjana), serta jenjang-jenjang pendidikan vokasi yang tersedia di Indonesia.
Baca lebih lajut »

Optimisme 2025: Kecerdasan Buatan dan Pendidikan VokasiOptimisme 2025: Kecerdasan Buatan dan Pendidikan VokasiPada 2025, sudah saatnya Indonesia bergerak maju dan merespons positif hadirnya kecerdasan buatan di Tanah Air. Salah satunya, melalui optimalisasi pendidikan vokasi
Baca lebih lajut »

Pendidikan Bermutu: Fondasi Kemajuan BangsaPendidikan Bermutu: Fondasi Kemajuan BangsaWakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Atip Latipulhayat, menekankan pentingnya pendidikan sebagai fondasi kemajuan bangsa. Ia melihat peran guru sebagai sentral pendidikan dan menjabarkan komponen-komponen pendidikan bermutu meliputi kompetensi guru, sarana dan prasarana memadai, pembelajaran adaptif, serta lingkungan sosial dan budaya yang mendukung. Atip menegaskan bahwa pendidikan bermutu harus diakses seluruh masyarakat melalui program Wajib Belajar 13 Tahun, pembiayaan pendidikan afirmatif, pengembangan talenta unggul, dan layanan pendidikan inklusif. Ia mengajak partisipasi semesta dari pemerintah, masyarakat, mitra pembangunan, dan dunia usaha untuk mencapai tujuan ini.
Baca lebih lajut »

Generasi Sandwich: Terhimpit Antara Kebutuhan Orang Tua dan AnakGenerasi Sandwich: Terhimpit Antara Kebutuhan Orang Tua dan AnakGenerasi sandwich menggambarkan kelompok orang dewasa yang menghadapi beban finansial dan emosional karena harus memenuhi kebutuhan orang tua yang lanjut usia sekaligus membiayai anak-anak mereka sendiri. Fenomena ini dianalogikan dengan struktur sandwich, di mana lapisan tengah (generasi sandwich) terhimpit di antara dua lapisan roti (orang tua dan anak). Artikel ini membahas pengertian, penyebab, dan tantangan yang dihadapi oleh generasi sandwich.
Baca lebih lajut »

Polemik Jadwal Pelantikan Kepala Daerah, Antara Putusan MK dan Kebutuhan DaerahPolemik Jadwal Pelantikan Kepala Daerah, Antara Putusan MK dan Kebutuhan DaerahPutusan MK mengamanatkan pelantikan serentak setelah seluruh sengketa hasil pilkada diputuskan. Di sisi lain, ada implikasi jika putusan ini diterapkan.
Baca lebih lajut »

Kementerian Pendidikan: Putusan MK Terkait Pendidikan Agama Sejalan dengan UUD 1945Kementerian Pendidikan: Putusan MK Terkait Pendidikan Agama Sejalan dengan UUD 1945Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) menyatakan bahwa putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang mewajibkan sekolah untuk melaksanakan mata pelajaran agama sejalan dengan amanat Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.
Baca lebih lajut »



Render Time: 2025-02-15 13:57:54