JPNN.com : KTNA menilai kebijakan Bulog memprioritaskan penyerapan beras berpotensi merugikan petani secara langsung.
jpnn.com - JAKARTA - Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan Yadi Sofyan Noor menilai salah satu kebijakan Bulog yang lebih memprioritaskan penyerapan beras dibandingkan gabah, telah memicu polemik di kalangan petani.
Masalah ini makin krusial karena harga gabah yang dihasilkan petani menjadi lebih rentan terhadap fluktuasi pasar, terutama jika tengkulak memainkan peran dominan dalam menentukan harga.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Kebijakan Bulog Serap Beras daripada Gabah Disebut Rugikan PetaniKETUA Umum Kontak Tani Nelayan Andalan KTNA Yadi Sofyan Noor mengatakan kebijakan Bulog yang lebih memprioritaskan penyerapan beras daripada gabah berpotensi merugikan petani
Baca lebih lajut »
FINI: Kebijakan DHE Perlu Ditinjau Kembali, Dampaknya Berpotensi Mencegah Investasi di Sektor NikelForum Industri Nikel Indonesia (FINI) menggelar pertemuan dengan Dewan Ekonomi Nasional (DEN) untuk menyampaikan kendala dan permasalahan yang dihadapi para pelaku industri nikel, khususnya terkait implementasi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 36 Tahun 2023 tentang Devisa Hasil Ekspor (DHE). FINI menilai PP DHE perlu ditinjau kembali karena berpotensi menimbulkan risiko likuiditas, menurunnya daya saing, serta kerugian sosial-ekonomi. Selain itu, FINI menyatakan bahwa kebijakan DHE dapat menghambat investasi dan operasional perusahaan.
Baca lebih lajut »
Rocky Gerung: IKN Mangkrak, Jokowi Berpotensi Masuk Kategori Korupsi KebijakanRocky Gerung kembali melontarkan kritik tajam terhadap ambisi infrastruktur era Jokowi, termasuk proyek IKN dan Proyek Strategis Nasional (PSN) yang dinilai tidak efektif
Baca lebih lajut »
Rupiah Berpotensi Melemah, Ekonom: Kebijakan Trump KuncinyaNilai tukar rupiah sempat melemah hingga Rp16.300 per USD pada akhir pekan lalu. Namun, pada perdagangan Senin (23/12), rupiah ditutup menguat di level Rp16.196 per USD. Beberapa ekonom memprediksi rupiah akan terus menguat hingga di bawah Rp16.000 per USD. Menurunnya nilai tukar rupiah disebabkan oleh ketidakpastian pasar terkait kebijakan perdagangan Amerika Serikat sebelum Presiden Trump dilantik, ekspektasi pasar yang salah terkait suku bunga The Fed, serta kondisi geopolitik. Walaupun demikian, ekonom meyakini bahwa rupiah memiliki potensi untuk menguat kembali karena fundamental ekonomi Indonesia yang baik, seperti surplus neraca perdagangan dan intervensi Bank Indonesia.
Baca lebih lajut »
Kebijakan PPN 12% Berpotensi Tingkatkan Pendapatan Negara, Ini RinciannyaJosua mengatakan kebijakan PPN 12% dapat meningkatkan basis pajak secara substansial, terutama dengan pembaruan basis penerimaan yang mencakup impor barang, penyerahan jasa/produk, dan pemanfaatan barang/jasa dari luar negeri. Kebijakan ini juga berpotensi memberikan dampak langsung berupa pembiayaan program sosial yang lebih besar. Meskipun demikian, Josua menekankan pentingnya mitigasi inflasi agar daya beli masyarakat tetap terjaga dan penggunaan dana tambahan untuk program pro-rakyat.
Baca lebih lajut »
BSK Hukum gelar Advokasi Kebijakan guna dorong kebijakan jadi inklusifBadan Strategi Kebijakan Hukum dan Advokasi bakal menggelar program advokasi kebijakan guna mendorong seluruh kebijakan yang dibuat oleh pemerintah jadi lebih ...
Baca lebih lajut »