Ada orang yang berpikir China mendapatkan keuntungan dari pandemi karena bisa duluan mengembangkan vaksin Corona. Ini komentar vaksinolog. VaksinCorona via detikHealth
"Permainan licik otak komunis... Mereka menyebar virus, mereka juga yang buat vaksinnya...," kata salah satu netizen pengguna Facebook.
Vaksinolog dr Dirga Sakti Rambe, MSc, SpPD, menjelaskan bahwa sebetulnya tidak hanya China yang saat ini mengembangkan vaksin Corona COVID-19. Inggris, Korea, Amerika Serikat, Jerman, bahkan Indonesia sendiri juga sedang berusaha membuat vaksin."Kandidat vaksin COVID ada beberapa. Ada dari China, dari Inggris, kemudian negara-negara lain juga mengembangkan.
Relawan yang berpartisipasi juga akan disaring untuk memenuhi standar. Oleh sebab itu dr Dirga mengimbau masyarakat agar tidak perlu khawatir.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
China Catat 46 Kasus Baru Corona, 22 di Xinjiang |Republika OnlineTotal kasus Covid-19 di China mencapai 83.830 orang.
Baca lebih lajut »
China Catat 61 Kasus Corona dalam Sehari, Sebagian Besar di XinjiangOtoritas China melaporkan 61 kasus virus Corona (COVID-19) dalam sehari di wilayahnya. Dari jumlah itu, sebagian besar tercatat muncul di wilayah Xinjiang. VirusCorona China
Baca lebih lajut »
China Kembali Laporkan Lonjakan Kasus Virus Corona, Didominasi AsimptomatikChina kembali laporkan lonjakan kasus penularan lokal Corona setelah empat bulan lebih mengklaim adanya penurunan kasus yang signifikan. China via detikHealth
Baca lebih lajut »
Pandemi Corona, Kebijakan Liga Super China Berlaku Sampai Akhir SeptemberJelang tiga hari perhelatan Liga Super China (CSL) di lokasi Dalian, masih ditemukan 12 warga terinfeksi corona.
Baca lebih lajut »
Peneliti China Desak Trump Minta Maaf Atas Klaim Corona dari Lab WuhanSeorang ilmuwan terkemuka di Wuhan mendesak permintaan maaf dari Presiden AS Trump. Ia juga mengecam pernyataan rasis mengenai Corona berasal dari lab Wuhan. DonaldTrump China via detikHealth
Baca lebih lajut »