Pemerintah Jerman telah memberikan lampu hijau untuk pengiriman persenjataan berat anti-pesawat self-propelled ke Ukraina.
Berlin, Beritasatu.com- Seperti dilaporkan RT, pernyataan itu disampaikan Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht pada Selasa .
Lambrecht menekankan bahwa Jerman bertekad untuk membantu rakyat Ukraina dari invasi Rusia dengan tekad yang bersatu dalam keadaan darurat yang ada ini.Menteri menjelaskan bahwa Ukraina akan memesan perangkat keras dari pabrikan Jerman. “Sebanyak 50 kendaraan berat dilaporkan bisa dikirim ke Ukraina. Perusahaan pertahanan Krauss-Maffei Wegmann sekarang akan memperbarui peralatan sebelum mentransfernya ke Kyiv,” lapor kantor berita dpa Jerman.Namun, tidak diketahui kapan tepatnya Ukraina dapat mengharapkan pengiriman sistem anti-pesawat.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Perusahaan Alutsista Jerman Berencana Pasok Alat Berat ke UkrainaPerusahaan pertahanan Jerman, Rheinmetall, meminta persetujuan untuk mengekspor 100 kendaraan tempur infanteri tua Marder ke Ukraina, sebuah sumber pertahanan mengatakan kepada Reuters pada Senin (25/4). Langkah itu akan menjadikan pengiriman senjata berat pertama dari Jerman ke Ukraina....
Baca lebih lajut »
Jerman akan Kirim Bantuan Tank ke Ukraina untuk Lawan Rusia | merdeka.comBantuan senjata ini diumumkan pemerintah pada Selasa dan ini pertama kalinya Jerman mengirim bantuan senjata berat untuk Ukraina.
Baca lebih lajut »
Lawan Rusia, Jerman Siap Kirim Senjata Berat ke UkrainaJerman segera memutuskan apakah akan menyetujui pengiriman 100 kendaraan tempur infanteri tua Marder ke Ukraina.
Baca lebih lajut »
Jerman Segera Lakukan Pengiriman Kendaraan Tempur ke UkrainaPemerintah Jerman akan membuat keputusan tentang pengiriman 100 kendaraan tempur infanteri tua Marder ke Ukraina.
Baca lebih lajut »
Perusahaan Jerman Minta Izin Ekspor Kendaraan Tempur Ke UkrainaIni akan menjadi pengiriman senjata berat pertama dari Jerman ke Ukraina, setelah Kanselir Olaf Scholz menunjukkan keengganannya
Baca lebih lajut »