Inflasi dan Ancaman Kekurangan Pangan Dorong Rusia Berunding dengan Turki

Indonesia Berita Berita

Inflasi dan Ancaman Kekurangan Pangan Dorong Rusia Berunding dengan Turki
Indonesia Berita Terbaru,Indonesia Berita utama
  • 📰 voaindonesia
  • ⏱ Reading Time:
  • 63 sec. here
  • 3 min. at publisher
  • 📊 Quality Score:
  • News: 28%
  • Publisher: 63%

Dengan krisis pangan global akibat invasi Rusia ke Ukraina, Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan di Teheran. Pertemuan Srlasa bertujuan mencapai kesepakatan guna memulihkan ekspor gandum Ukraina melalui Laut Hitam.

Perang di Ukraina mengancam akses dunia ke gandum, memicu kenaikan harga yang dramatis dan kekurangan pangan. Para pejabat menyebut situasi itu mengkhawatirkan.“Ukraina adalah pengekspor gandum terbesar kelima di dunia. Negara itu termasuk tiga besar untuk ekspor jagung, barley dan biji bunga matahari. Produksi gandum pada 2021 sekitar 40 juta ton, dan 50 juta ton lagi untuk jagung, barley dan biji bunga matahari. Sebelum konflik, Ukraina memberi makan dunia.

Ukraina dan beberapa sumber Barat menuduh Rusia mencuri gandum Ukraina dan membawanya ke wilayah Rusia. Rusia berkali-kali membantah tuduhan itu.Turki adalah negara yang berpengaruh bagi Rusia. Terletak di selatan Laut Hitam, Turki telah menempatkan diri sebagai mediator utama dalam situasi tersebut. Pertemuan di Iran antara Rusia dan Turki, menurut para pakar, adalah kesempatan baru untuk menemukan solusi.

Alexey Malashenko adalah analis di Institut Dialog Peradaban, organisasi penelitian di Moskow. Kepada VOA melalui Skype, ia mengatakan, “Satu-satunya hal, yang saya yakini, akan mereka sepakati adalah masalah ekspor gandum. Ini adalah masalah pribadi dan menurut saya itu akan diselesaikan dengan cara ini atau dengan cara yang lain, tetapi bukan tanpa masalah. Menurut saya, Turki dan Rusia tertarik pada isu itu.

Ini adalah pertemuan pertama Putin dengan presiden Turki sejak Rusia mengerahkan pasukannya ke Ukraina. Pertemuan Putin di Teheran terjadi setelah Rusia berulang kali bersikeras bahwa negara itu tidak bertanggung jawab atas krisis pangan yang terjadi atau aksi militer di Ukraina. Menurut presiden Rusia itu, tuduhan tersebut muncul dari apa yang disebutnya “sikap Barat yang fobia terhadap Rusia.”

Berita ini telah kami rangkum agar Anda dapat membacanya dengan cepat. Jika Anda tertarik dengan beritanya, Anda dapat membaca teks lengkapnya di sini. Baca lebih lajut:

voaindonesia /  🏆 15. in İD

Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama

Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.

Eks Presiden Rusia: Ukraina Bakal Tunduk dengan Syarat MoskowEks Presiden Rusia: Ukraina Bakal Tunduk dengan Syarat MoskowMantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev mengatakan bahwa Rusia akan menang di Ukraina.
Baca lebih lajut »

Diduga Bersekongkol dengan Rusia, Zelenskyy Pecat Kepala Intelijen dan Jaksa Agung UkrainaDiduga Bersekongkol dengan Rusia, Zelenskyy Pecat Kepala Intelijen dan Jaksa Agung UkrainaPresiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, pada Minggu (17/7/2022) secara mendadak memecat kepala dinas keamanan dalam negeri SBU Ivan Bakanov dan Jaksa Agung Iryna Venediktova
Baca lebih lajut »

Operasi Khusus Hampir Enam Bulan, Rusia Sudah Hancurkan 256 Jet Tempur UkrainaOperasi Khusus Hampir Enam Bulan, Rusia Sudah Hancurkan 256 Jet Tempur Ukraina
Baca lebih lajut »

Dubes Ukraina berharap invasi Rusia berakhir sebelum KTT G20 di BaliDubes Ukraina berharap invasi Rusia berakhir sebelum KTT G20 di BaliDubes Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin berharap invasi Rusia ke negaranya berakhir sebelum perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20, di Bali, pada ...
Baca lebih lajut »



Render Time: 2025-03-15 04:52:11