Simak HEADLINE edisi terbaru hari ini.
Liputan6.com, Jakarta - Korea Utara memang beda. Ketika sejumlah negara dunia mulai melonggarkan protokol kesehatan, negara Komunis tersebut malah baru melaporkan ledakan kasus COVID-19, setelah 2 tahun pandemi.
Rezim itu dianggap tidak memvaksinasi penduduknya dan tidak memiliki akses ke obat antivirus yang telah digunakan untuk mengobati COVID-19 di negara lain. Rumah sakitnya juga memiliki sedikit sumber daya perawatan intensif untuk mengobati kasus yang parah, dan kekurangan gizi yang meluas telah membuat populasi 26 juta lebih rentan terhadap penyakit serius.
Kim Jong-un juga memerintahkan lockdown ketat di semua kota dan kabupaten di seluruh penjuru Korea Utara agar membendung penyebaran virus corona. Ia juga meminta agar perbatasan-perbatasan negara dijaga dengan ketat, baik itu udara dan laut. "Korea Utara yang saya juga pernah melakukan kunjungan ke sana, adalah negara yang sebetulnya sangat rawan dari sisi ancaman wabah," kata Dicky kepada Liputan6.com, Rabu melalui pesan suara.
Direktur Kedaruratan Organisasi Kesehatan Dunia Mike Ryan mengatakan, tingkat penularan Virus Corona COVID-19 yang tinggi di antara orang-orang yang tidak divaksinasi, seperti di Korea Utara, menciptakan risiko varian baru yang lebih tinggi. * Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Rencana itu akan mengamankan postur pertahanan dan sistem komando dan kontrol pasukan militer AS dan Korea Selatan, bahkan jika itu memerlukan perubahan jadwal KTT, kata Kim. Penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan pada hari Rabu bahwa intelijen AS menunjukkan ada"kemungkinan yang sebenarnya" bahwa Korea Utara akan melakukan uji coba rudal balistik atau uji coba nuklir lain di sekitar kunjungan Presiden Joe Biden ke Korea Selatan dan Jepang yang dimulai akhir pekan ini.
Tetapi wabah itu adalah peristiwa"angsa hitam" yang dapat mengubah perhitungan Kim, Green memperingatkan. Tes senjata melibatkan pertemuan besar orang dan, demi memperlambat penularan virus, Kim dapat memilih untuk menunda peluncuran lebih lanjut sampai kasus mereda. Gelombang COVID-19 yang melanda, yang pertama kali dikonfirmasi Korea Utara pekan lalu, telah mengipasi kekhawatiran atas kurangnya sumber daya medis dan vaksin, dengan badan hak asasi manusia PBB memperingatkan konsekuensi"menghancurkan" bagi 25 juta penduduknya.
"Ribuan ton garam segera diangkut ke Kota Pyongyang untuk menghasilkan larutan antiseptik," kata KCNA. Namun, tiga pesawat dari Air Koryo Korea Utara tiba di China dan kembali ke Pyongyang pada Senin dengan membawa pasokan medis, kata sumber diplomatik tanpa menyebut nama. Tetapi akan menjadi tantangan bagi Korea Utara untuk memberikan perawatan bagi sejumlah besar orang dengan COVID-19. Kematian mungkin mendekati puluhan ribu, mengingat ukuran beban kasusnya, dan bantuan internasional akan sangat penting, kata Kee Park, spesialis kesehatan global di Harvard Medical School yang telah bekerja pada proyek perawatan kesehatan di Korea Utara.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Jadwal dan Lokasi Vaksin Covid-19 Surabaya Hari Ini 19 Mei 2022Pemerintah Kota Surabaya menyediakan vaksin dosis satu hingga tiga atau booster di seluruh kecamatan, berikut jadwal dan lokasinya. infovaksin
Baca lebih lajut »
Update COVID-19 RI 19 Mei: Kasus Baru Tambah 318, Sembuh 384Jumlah kasus harian positif COVID-19 di Tanah Air belakangan ini terus memperlihatkan tren melandai.
Baca lebih lajut »
HEADLINE: Jokowi Bolehkan Warga Lepas Masker di Luar Ruangan, Transisi ke Endemi COVID-19?Pemerintah kini melonggarkan kebijakan pemakaian masker mengingat kasus COVID-19 di Indonesia semakin membaik.
Baca lebih lajut »
1,4 Juta Kasus 'Demam' Muncul, Korea Utara Dihantui Lonjakan Covid-19 - Pikiran-Rakyat.comKCNA mengabarkan jumlah keseluruhan pasien yang mengalami 'demam' di Korea Utara telah mencapai 1.483.060 sejak akhir April.
Baca lebih lajut »