Gencatan senjata di Gaza yang baru saja diresmikan terasa rapuh. Israel dan Hamas masih bersitegang mengenai beberapa hal yang menjadi ganjalan. Sementara itu, Israel melakukan serangan di Tepi Barat yang menewaskan sembilan warga sipil dan melukai puluhan orang lainnya. Serangan ini dipandang sebagai upaya Netanyahu menata kembali kekuasaannya yang mulai goyah.
Gencatan senjata di Gaza yang baru saja diresmikan terasa rapuh sejak awal. Tarik ulur terjadi di pemerintahan Israel . Kelompok-kelompok ekstrem kanan di kabinet Israel menolak kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran sandera. Di bawah tekanan dari dalam dan luar negeri, kabinet Israel akhirnya menyetujui kesepakatan yang ditengahi oleh Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat pada Minggu (19/1/2025). Namun, gencatan senjata ini terasa dipaksakan.
Sembilan hari berlalu dan gencatan senjata Gaza masih berlaku, tetapi pertukaran sandera selalu diwarnai ketegangan oleh ulah Israel. Mereka mengancam untuk melanjutkan perang, menembaki pengungsi Palestina yang ingin pulang, dan melakukan serangan semakin intensif terhadap warga Palestina di luar Gaza. Walaupun Israel dan Hamas masih bersitegang tentang beberapa hal yang menjadi ganjalan, Amerika Serikat dan Qatar menegaskan bahwa gencatan senjata tahap 1 mulai diberlakukan Senin (20/1/2025) selama 42 hari. Dalam tahap pertama ini, Hamas melepaskan 33 sandera perempuan, termasuk 5 prajurit perempuan dan pria yang berumur di atas 50 tahun. Sementara itu, Kementerian Kehakiman Israel memutuskan untuk membebaskan 737 tahanan Palestina dalam gencatan senjata tahap 1.Gencatan senjata yang telah di depan mata sempat tertunda karena Hamas gagal memberikan nama tiga sandera yang akan dibebaskan tepat waktu. Selama tiga jam penundaan tersebut, Israel menggempur Gaza dengan bom dari udara dan serangan darat tanpa ampun. Al Jazeera melaporkan bahwa 19 warga Gaza tewas akibat serangan Israel selama penundaan itu. Lebih dari 30 warga Gaza lainnya terluka. Ketakutan langsung menyebar di seluruh Gaza, menghalau kebahagiaan yang awalnya meliputi pengungsi yang menyambut gencatan senjata. Hamas melalui pernyataan tertulis mengatakan bahwa tertundanya penyerahan nama sandera terkait masalah teknis di lapangan. “Bisa sewaktu-waktu, nama-nama tiga sandera akan diserahkan, tetapi kompleksitas situasi di lapangan dan pengeboman terus-menerus telah menunda (penyerahan nama-nama) itu,” demikian pernyataan Hamas.Pertukaran sandera dan tahanan berlangsung tegang. Israel membebaskan tiga perempuan untuk tahap pertama, yaitu Romi Gonen (25), Doron Steinbrecher (31), dan Emily Damari (28). Saat pembebasan, ribuan orang mengitari sejumlah kendaraan dalam konvoi di jalanan Gaza karena mereka ingin melihat dari dekat sandera yang dibebaskan. Foto dari video selebaran yang dirilis Kantor Media Hamas menunjukkan sandera Israel (dari kiri ke kanan) Emily Damari, Romi Gonen, dan Doron Steinbracher duduk di dalam kendaraan Hamas sebelum diserahkan kepada Komite Palang Merah Internasional (ICRC) di Jalur Gaza pada 19 Januari 2025. Salah satu momen menarik perhatian adalah Damari dan Gonen, masing-masing mengenakan baju terusan berwarna hijau dan merah muda, tampak tersenyum kepada seorang anggota Hamas yang berada di sisi kanan mereka saat turun dari kendaraan sebelum berpindah ke kendaraan yang disiapkan oleh ICRC. Satu pertukaran saja memakan energi dan pertaruhan gencatan senjata yang begitu besar. Perjalanan ke depan diyakini masih akan bergelombang. Sebab, masih ada 30 orang yang harus dibebaskan oleh Hamas dan lebih dari 1.000 tahanan Palestina di Israel yang juga masih mendekam di penjara. Baru dua hari gencatan senjata di Gaza, Israel menyerbu Tepi Barat. Dengan dukungan armada helikopter serbu, militer Israel menyerang Kota Jenin, Tepi Barat. Lembaga CAIR menyebut Israel menjadikan Jenin sebagai'Gaza berikutnya'. Serangan ke Tepi Barat tak sebatas untuk mengusir rakyat Palestina dari tanah airnya. Ini juga berarti jalan keluar krisis politik Netanyahu. Penyerbuan itu menewaskan sembilan warga sipil, termasuk anak berusia 16 tahun. Puluhan orang juga terluka. Pasukan Israel menahan seorang pria Palestina di sebuah pos pemeriksaan saat otoritas Israel menutup pintu masuk ke kota Hebron di Tepi Barat yang diduduki, Rabu (22/1/2025). Kekerasan telah meningkat di seluruh wilayah Tepi Barat yang diduduki sejak perang Gaza meletus pada 7 Oktober 2023. Militer Israel menamainya operasi Tembok Besi. Serangan ke Tepi Barat dipandang sebagai upaya Netanyahu menata kembali kekuasaannya yang mulai goyah pascagencatan senjata di Gaza, terutama dari kelompok sayap kanan yang pernah mendukungnya. Koalisi Netanyahu yang lemah bisa jadi membuka jalan untuk pemilu yang lebih awa
GENCATAN SENJATA GAZA HAMAS ISRAEL TAPI BARAT JENIN NETANYAHU
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Baru 2 Hari Gencatan Senjata di Gaza, Israel Sudah Serbu Tepi BaratDengan dukungan armada helikopter serbu, militer Israel menyerang Kota Jenin, Tepi Barat. Lembaga CAIR menyebut Israel menjadikan Jenin sebagai 'Gaza berikutnya'.
Baca lebih lajut »
Gencatan Senjata Israel-Hamas: Masa Depan Gaza dan Peringatan dari Menteri IsraelGencatan senjata antara Israel dan Hamas telah dicapai, namun masa depan pemerintahan Gaza masih ambigu. Israel menyatakan akan bekerja sama dengan warga Palestina lokal, tetapi belum ada rencana konkret. Media Israel melaporkan rencana militer Israel untuk menduduki wilayah Gaza dan penarikan bertahap dari daerah kantong. Palang Merah siap membantu pelaksanaan gencatan senjata, termasuk memulangkan para sandera dan mengirimkan bantuan ke Gaza. Menteri Israel memperingatkan pengunduran dirinya jika perjanjian gencatan senjata diratifikasi. Hamas berterima kasih kepada Iran dan kelompok perlawanan yang didukungnya. Sementara itu, serangan Israel di Tepi Barat terus berlanjut, menuai kecaman dari Haaretz.
Baca lebih lajut »
Gencatan Senjata Israel-Hamas Berkelanjutan, Israel Bebaskan Sandera, Trump Usul Pengusiran Warga Palestina dari GazaPerjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas terus berlangsung, dengan pembebasan sandera yang dijadwalkan. Sementara itu, Presiden AS Donald Trump menuduh Gaza sebagai lokasi pembongkaran dan mengusulkan pemindahan warga Palestina, yang dikecam keras oleh para pemimpin Palestina.
Baca lebih lajut »
Serangan Udara Israel Raup 54 Korban di GazaSerangan udara Israel di Jalur Gaza menewaskan sedikitnya 54 orang Palestina, termasuk 11 warga di tenda pengungsi. Kemenkes Palestina di Gaza melaporkan lebih dari 40 korban tewas akibat serangan Israel pada Jumat lalu. Sejak awal 2025, lebih dari 150 orang telah tewas di Gaza akibat bombardir Israel. Selain itu, militer Israel juga menewaskan seorang remaja dan melukai sembilan orang lainnya di kamp pengungsi Balata di Tepi Barat. Meskipun desakan PBB untuk gencatan senjata, Israel terus melancarkan serangan dan melakukan blokade total terhadap Gaza yang mengancam populasi setempat.
Baca lebih lajut »
Konflik Israel-Hamas: Gencatan Senjata Diterapkan, Kejahatan dan Kekerasan BerlanjutSetelah lebih dari 460 hari konflik, gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Gaza akhirnya mulai berlaku. Namun, situasi di Jalur Gaza tetap tegang dengan rumah sakit yang kehabisan bahan bakar akibat serangan udara Israel. Perjanjian gencatan senjata ini berhasil dicapai setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan ratusan orang di Israel. Memicu serangan balik Israel yang brutal, termasuk serangan darat yang menghancurkan Beit Lahia di Gaza utara. Konflik ini dipicu oleh berbagai faktor, termasuk serangan Israel terhadap Masjid Al Aqsa, aktivitas permukiman Yahudi di Tepi Barat, dan penangkapan tahanan Palestina oleh Israel. Hamas menuntut pembebasan tahanan Palestina dan diakhirinya blokade Gaza oleh Israel dan Mesir.
Baca lebih lajut »
Jelang Gencatan Senjata Berlaku, Israel Tingkatkan Serangan di Tepi BaratWilayah Tepi Barat, Palestina, menjadi titik penyerangan tentara Israel jelang gencatan senjata dengan Hamas berlaku.
Baca lebih lajut »