Siham, seorang pasien kanker tidak bisa meninggalkan Gaza untuk berobat meskipun nama mereka tercantum dalam daftar nama yang disetujui pergi, sementara orang-orang yang mempunyai koneksi baik atau uang yang cukup dapat meninggalkan Gaza.
"Obat saya sudah habis. Saya sangat lelah. Saya hampir tidak bisa melihat depan saya. Kemoterapi saya sudah lama usai," kata Siham.
Ketika kami berbicara dengannya, ia sedang berlindung bersama putrinya, yang baru saja melahirkan bayinya, di sebuah sekolah di Rafah yang dikelola oleh badan PBB untuk pengungsi Palestina, yakni UNRWA.Siham sudah berusaha berbulan-bulan untuk keluar dari Gaza demi mendapat perawatan yang dapat menyelamatkan nyawanya, namun ia ditolak di perbatasan Rafah sebanyak lima kali sejak perang dimulai.Sejak 7 Oktober, ketika Hamas menyerang Israel dan menewaskan sedikitnya 1.
Agen perbatasan Palestina mengatakan bahwa karena utusan Turki tidak ada untuk menerima Siham, mereka tidak bisa membiarkannya keluar. Tetapi kami telah berbicara dengan orang-orang lain yang diperbolehkan melakukan perjalanan ke Turki pada hari itu. 'Mata ditutup, ditelanjangi, hingga berulang kali dipukuli' - Kesaksian petugas medis Gaza yang mengaku disiksa tentara Israel
Sementara, suami Mona dan anak-anaknya masih tinggal di sebuah tenda di daerah Tal Al Sultan di Rafah. Ia mengatakan otoritas perbatasan Palestina lebih memilih pendamping perempuan bagi pengungsi, untuk mengurangi kemungkinan bahwa mereka yang pergi bisa menjadi pejuang Hamas. Nama-nama itu kemudian dikirim ke pihak pemerintah Mesir, yang melakukan pemeriksaan keamanan. Setelah Mesir menyetujuinya, daftar tersebut kemudian diperiksa oleh otoritas Israel, yang juga harus menyetujui nama-nama tersebut.
Kementerian Kesehatan Mesir, Kementerian Luar Negeri Mesir, dan otoritas perbatasan Palestina menolak menjawab pertanyaan kami tentang proses evakuasi pasien dari Gaza. Perang itu menimbulkan monopoli yang menguntungkan bagi satu agen perjalanan Mesir, Hala, yang dilaporkan mengenakan biaya US$ 5.000 per orang bagi warga Palestina yang ingin meninggalkan Gaza dalam waktu satu hingga dua pekan.Setelah 7 Oktober, harganya meroket menjadi hampir US$12.000 per orang, sebelum perusahaan membatasinya menjadi US$5.000 untuk orang dewasa Palestina dan US$2.500 untuk anak-anak – meskipun Hala tidak secara resmi mempromosikan ini.
Seorang perantara di Mesir mengatakan kepada seorang perempuan bahwa dia bisa mengeluarkan dana US$2.500 tambahan untuk memasukan keluarganya di Gaza ke dalam daftar evakuasi. Seorang perempuan, yang putranya membutuhkan perawatan medis mendesak, mengatakan orang-orang dengan koneksi politik membantu mereka masuk ke daftar VIP khusus, yang tidak dipublikasikan secara daring.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Gaza-Palestina: ‘Kami terpaksa membiarkan pasien-pasien menjerit selama berjam-jam’Dokter-dokter dari berbagai penjuru Gaza bercerita mengenai bagaimana mereka terpaksa mengoperasi pasien tanpa anestesi,harus menolak pasien dengan kondisi kronis,dan merawat luka yang membusuk dengan peralatan medis seadanya.
Baca lebih lajut »
Pengungsi Palestina di Rafah Kelaparan Rebutan Antre Makanan Setelah Serangan Udara IsraelKondisi pengungsi masyarakat sipil Palestina yang tinggal di kamp tenda darurat di wilayah Rafah kian memprihatinkan. Mereka tak hanya menghindari serangan udara Israel, tetapi juga harus bertahan hidup di tengah kekurangan pasokan makanan dan juga air bersih.
Baca lebih lajut »
Rafah: Mengapa Mesir membangun tembok di dekat perbatasan dengan Gaza?Mesir telah membangun tembok sepanjang lebih dari 3 km dalam sepekan terakhir, di samping pembukaan lahan di area dekat perbatasan dengan Gaza, demikian temuan tim BBC Verify.
Baca lebih lajut »
Sekjen PBB: Serangan ke Rafah akan Menjadi “Paku Peti Mati” bagi GazaOperasi militer skala penuh oleh Israel di Rafah akan memberikan pukulan maut bagi program bantuan di Gaza, di mana bantuan kemanusiaan masih “sepenuhnya tidak cukup”, Sekjen PBB memperingatkan itu pada Senin (26/2). Berbicara di depan Dewan HAM PBB di Jenewa, Antonio Guterres mengatakan bahwa...
Baca lebih lajut »
Ramadhan Kelam di Gaza, Pengungsi di Rafah: Kami Telah Berpuasa Selama Lima Bulan'Tidak ada makanan, kami hanya punya makanan kaleng dan nasi, sebagian besar makanan dijual dengan harga yang sangat mahal,' katanya.
Baca lebih lajut »
Potret Warga Gaza Salat Tarawih di Reruntuhan Masjid Al-Farouq, RafahWarga melaksanakan salat Tarawih di dalam reruntuhan Masjid Al-Farouq di kota Rafah, Jalur Gaza bagian selatan.
Baca lebih lajut »