Berita ini membahas tentang fibrilasi atrium (FA), kondisi aritmia yang umum terjadi dan menyebabkan peningkatan risiko stroke dan gagal jantung. Dokter Sunu Budhi Raharjo menjelaskan mengenai pengobatan FA, termasuk kateter ablasi sebagai pilihan untuk pasien yang tidak merespons pengobatan obat.
Penyakit jantung merupakan penyebab utama kematian di Indonesia. Selain penyakit jantung koroner, gangguan irama jantung (aritmia) juga memberi kontribusi yang signifikan. Aritmia yang paling banyak ditemukan di masyarakat adalah fibrilasi atrium . Diperkirakan jumlah penderita FA di Indonesia mencapai lebih dari tiga juta penduduk, dengan prevalensi yang meningkat dengan semakin bertambahnya usia.
Sementara fibrilasi atrium adalah kondisi ketika serambi (atrium) jantung berdenyut sangat cepat dan tidak beraturan. Normalnya, jantung akan berdenyut sekitar 60-100 kali per menit saat sedang santai, namun pada FA, serambi jantung bisa berdenyut lebih dari 400 kali per menit. Ahli aritmia Heartology dr. Sunu Budhi Raharjo mengatakan pasien FA mempunyai risiko 4-5 kali lipat terjadinya stroke dibanding pasien yang bukan FA. Selain itu, denyut serambi jantung yang supercepat dan tidak teratur meningkatkan risiko terjadinya gagal jantung dan tentunya meningkatkan mortalitas pasien FA. 'Tatalaksana fibrilasi atrium meliputi terapi obat-obatan (medikamentosa), kontrol faktor risiko, dan kateter ablasi. Pasien yang tidak mempan dengan obat-obatan, perlu dilakukan tindakan kateter ablasi untuk mencegah memburuknya fungsi pompa jantung (gagal jantung), menurunkan risiko stroke dan memperpanjang usia pasien,' kata Sunu, Jumat (3/1).Kateter ablasi adalah tindakan invasif minimal non-bedah menggunakan kateter yang dimasukkan melalui pembuluh darah di paha dan didorong ke dalam jantung untuk mengidentifikasi dan mematikan sumber aritmianya. Secara umum tindakan kateter ablasi dapat dilakukan menggunakan ablasi thermal dan non-thermal. Ablasi thermal dapat menggunakan energi radiofrekuensi, yaitu energi panas untuk menciptakan lesi, atau energi krio (cryo) yang menggunakan energi dingin untuk membekukan jaringan. Sedangkan teknologi ablasi non-thermal yang saat ini banyak digunakan di seluruh dunia adalah pulsed-field ablation (PFA
Fibrilasi Atrium Aritmia Stroke Gagal Jantung Kateter Ablasi
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Heartology Gunakan Teknologi PFA untuk Atasi Fibrilasi AtriumHeartology Cardiovascular Hospital menggunakan teknologi PFA untuk pasien Fibrilasi Atrium (FA). FA adalah kondisi jantung yang berdenyut cepat dan tidak teratur, meningkatkan risiko stroke dan gagal jantung. Kateter ablasi menjadi solusi untuk pasien yang tidak efektif dengan obat-obatan.
Baca lebih lajut »
Menguak Fakta Pulsed Field Ablation, Game Changer dalam Pengobatan Fibrilasi AtriumHeartology Cardiovascular Hospital dengan bangga mengumumkan bahwa Heartology menjadi rumah sakit pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi Pulsed Field Ablation.
Baca lebih lajut »
Heartology Hospital Jadi Rumah Sakit Pertama di Indonesia yang Gunakan Teknologi PFA untuk Tangani Fibrilasi AtriumHeartology Cardiovascular Hospital menjadi rumah sakit pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi pulsed-field ablation (PFA) untuk menangani fibrilasi atrium (FA), jenis aritmia paling banyak dijumpai di Indonesia. PFA memanfaatkan gelombang listrik pendek yang efektif untuk mengatasi FA.
Baca lebih lajut »
Kebiasaan Tidur Seperti Ini Tingkatkan Risiko Serangan Jantung dan StrokeBerikut ini kebiasaan tidur yang dapat meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke
Baca lebih lajut »
Studi: Jadwal Tidur Tidak Teratur Dapat Meningkatkan Risiko Serangan Jantung dan StrokeAnda masih punya masalah tidur yang tidak terselesaikan? Hati-hati karena hal ini dapat meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.
Baca lebih lajut »
Studi: Pola Tidur Tak Tentu Bisa Picu Risiko Serangan Jantung dan StrokePara ahli memperingatkan pentingnya menjadikan tidur sebagai prioritas kesehatan.
Baca lebih lajut »