Artikel ini membahas dampak-dampak perubahan iklim global yang mengancam ekosistem, kehidupan manusia, dan ekonomi dunia.
Bumi dipenuhi dengan beragam jenis iklim, mulai dari gurun yang terik hingga pegunungan yang dingin. Namun, para ilmuwan semakin khawatir akan dampak perubahan iklim global. Menurut Peter deMenocal, seorang ilmuwan paleoklimatologi dari Lamont-Doherty Earth Observatory di Columbia University, perubahan suhu rata-rata global, sekecil apapun, dapat membawa dampak besar. 'Perubahan cuaca ekstrem di satu lokasi mungkin diimbangi oleh daerah lain di belahan dunia,' kata deMenocal.
Saat ini, suhu Bumi tahun 2024 telah meningkat sekitar 1,5 derajat Celsius dibandingkan dengan era pra-industri. Di Perjanjian Paris 2016, 144 negara sepakat untuk membatasi kenaikan suhu global di bawah 1,5 derajat Celsius untuk mengurangi dampak buruk perubahan iklim. Untuk perbandingan, hanya perbedaan sekitar 5 derajat Celsius yang memisahkan dunia modern dengan zaman es terakhir 15.000 tahun lalu. Pada zaman es, permukaan laut lebih rendah 106 meter karena banyak air terjebak dalam lapisan es di kutub.Peningkatan suhu global mengancam ekosistem yang menopang produksi pangan. Lautan, yang menyediakan sekitar 20% protein bagi manusia, bisa mengalami pengasaman akibat peningkatan kadar karbon dioksida. Hal ini mengganggu organisme laut seperti tiram dan kepiting, yang bergantung pada cangkangnya untuk bertahan hidup. Di darat, kenaikan suhu sebesar 2 derajat Celsius dapat meningkatkan defisit air dan mengurangi hasil panen gandum dan jagung. Meskipun wilayah utara mungkin mendapat sedikit keuntungan sementara, suhu yang terlalu tinggi saat masa berbunga bisa menghambat pertumbuhan tanaman pangan.Pemanasan global juga bisa menyebabkan pencairan es yang memicu kenaikan permukaan laut, mengancam kota-kota pesisir. Sekitar 40% populasi dunia tinggal di dekat pantai, sehingga dampaknya bisa sangat luas. 'Ini adalah ancaman terbesar yang berisiko akibat perubahan iklim,' ujar deMenocal. Data menunjukkan bahwa kenaikan permukaan laut meningkat lebih dari dua kali lipat sejak awal abad ke-20. Dari 1901 hingga 1990, rata-rata kenaikan hanya 1,2 mm per tahun, tetapi meningkat menjadi 3 mm per tahun sejak 1993 hingga 2010. Sekitar 7% listrik di Amerika Serikat berasal dari tenaga air, yang merupakan sumber energi terbarukan terbesar di negara itu. Namun, berkurangnya curah salju dan perubahan pola hujan dapat mengancam kelangsungan tenaga air, terutama di wilayah barat Amerika dan Eropa.Peningkatan suhu dan perubahan pola hujan juga berdampak pada penyebaran penyakit menular seperti malaria dan Lyme disease. Perubahan iklim memungkinkan penyakit-penyakit ini menyebar ke wilayah yang sebelumnya tidak terjangkit. Selain itu, beberapa wilayah, seperti Timur Tengah dan bagian barat Amerika, bisa menjadi tidak layak huni akibat suhu ekstrem. Ketika kelembaban tinggi, tubuh manusia kesulitan untuk mendinginkan diri melalui keringat. Jika Anda tidak bisa menguapkan keringat, Anda bisa mati karena paparan panas,' kata deMenocal. Pemanasan ekstrem juga dapat menurunkan produktivitas kerja. Sebuah laporan Bloomberg tahun 2014 menyebutkan bahwa pekerja luar ruangan, termasuk di sektor konstruksi dan pertanian, bisa mengalami penurunan produktivitas sebesar 3%, dua kali lipat dari perlambatan ekonomi yang terjadi pada 1970-an. Para ilmuwan memperkirakan jika emisi tetap seperti sekarang, kenaikan suhu bisa melebihi 2 derajat Celsius antara tahun 2050 dan 2100. Bahkan dalam 8.000 tahun terakhir, kita belum pernah melihat perubahan suhu secepat dan sebesar ini,' kata deMenocal. Dengan ancaman yang semakin dekat, kita perlu mengambil tindakan segera untuk mengurangi emisi karbon dan mengurangi dampak perubahan iklim sebelum terlambat
PERUBAHAN IKLIM DAMPAK IKLIM PENCAIRAN ES Permukaan LAUT EKOSISTEM ORGANISME LAUT
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Aksi Perbankan Menjawab Ancaman Perubahan IklimPerbankan memiliki peran strategis dalam mendukung gerakan peduli iklim. Peran itu berupa pembiayaan bagi perusahaan yang peduli lingkungan.
Baca lebih lajut »
Perubahan Iklim dan Ancaman Kepunahan ManusiaMeskipun perubahan iklim tidak akan menyebabkan kepunahan langsung manusia, dampaknya yang signifikan dapat mengancam kehidupan jutaan orang.
Baca lebih lajut »
Bambu: Solusi Mitigasi Perubahan IklimArtikel ini membahas potensi bambu dalam menghadapi perubahan iklim. Bambu dikenal sebagai tanaman serbaguna dengan pertumbuhan cepat yang mampu menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen lebih banyak daripada pohon biasa. Bambu juga dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif dan membantu petani menghadapi perubahan iklim dengan pertumbuhannya yang cepat dan dapat dipanen secara berkala.
Baca lebih lajut »
Gempa Guncang Parigi Moutong, Banjir Jakarta dan Tantangan Perubahan IklimBerita terbaru ini menyajikan berbagai kejadian terkini di Indonesia, meliputi gempa bumi di Parigi Moutong, banjir di Jakarta, dan tantangan perubahan iklim. Berita ini juga membahas dua peristiwa lain yaitu pencopotan polisi di Aceh terkait kasus dugaan pemaksaan aborsi dan tragedi siswa SMPN 7 Mojokerto yang terseret ombak di Pantai Drini.
Baca lebih lajut »
Kebakaran Besar di Los Angeles: Dampak Perubahan IklimKebakaran hutan besar yang melanda Los Angeles pada 8 Januari 2025 mengakibatkan kerusakan parah dengan 15.000 bangunan hangus terbakar dan kerugian mencapai US$250 miliar. Perubahan iklim, peningkatan suhu, penurunan curah hujan, angin Santa Ana, dan vegetasi kering menjadi faktor utama yang memperburuk bencana ini.
Baca lebih lajut »
Antisipasi Dampak Perubahan Iklim, Kurikulum Mulok Pangan Lokal Dimulai di SumselKurikulum muatan lokal (mulok) pangan lokal akan diterapkan di 34 SMA/SMK di Sumsel per Febuari 2025, untuk mengantisipasi perubahan iklim dan langkah ketahanan pangan.
Baca lebih lajut »