Media berita di Afghanistan berada di ambang kehancuran. Mereka menghadapi kekurangan dana setelah Taliban kembali berkuasa di negara itu.
Reporters Without Borders dan Asosiasi Jurnalis Independen Afghanistan menunjukkan bahwa sekitar 43% media Afghanistan telah menutup operasi mereka, membuat sekitar 60% jurnalis menganggur. Survei juga menunjukkan bahwa berkuasanya kembali Taliban telah secara radikal mengubah lanskap media.
Jurnalis Afghanistan Storai Karimi, di sebelah kiri, melaporkan dari Afghanistan dalam foto tak bertanggal ini. Perempuan dalam industri media sangat terpukul, dengan lebih 84% dari mereka menganggur sejak pengambilalihan Taliban, sementara pada pria, 52% menganggur. Namun, perempuan tetap di TV.Lingkungan bagi jurnalis di ibu kota dan seluruh negara itu menjadi sulit.Media harus memenuhi "11 Aturan Jurnalisme" yang dirilis Kementerian Informasi dan Kebudayaan dan interpretasi Taliban terhadap doktrin Islam.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Media-media Israel sebut Menlu AS singgung normalisasi hubungan Israel-Indonesia - BBC News IndonesiaMenlu AS, Anthony Blinken, dikabarkan mengangkat wacana normalisasi hubungan Israel dan Indonesia saat mengunjungi Jakarta. Kabar ini diklaim didapat dari kalangan pejabat Israel.
Baca lebih lajut »
Piala AFF - Gara-gara Timnas Indonesia, Media Thailand Kantongi Kelemahan Vietnam - Bolasport.comMedia Thailand mengungkap kelemahan Timnas Vietnam berkaca pada pertandingan mereka melawan Timnas Indonesia.
Baca lebih lajut »
Media Asing: Blinken Bahas Normalisasi RI-Israel Saat Berkunjung ke Jakarta |Republika OnlineIndonesia berulangkali menegaskan tak akan normalisasi hubungan dengan Israel.
Baca lebih lajut »
Muncul Wacana jika Tak Pakai PeduliLindungi Akan Dipidana, Tuai Kritik di Media SosialPegiat media sosial: Habis-Habisan Rakyat Diperas.
Baca lebih lajut »
Hoaks! COVID-19 merupakan rekayasa mediaBeredar narasi bahwa pandemi COVID-19 merupakan rekayasa media, termasuk Omicron sebagai varian baru virus penyebab COVID-19. Ketahui kebenarannya di sini! AntiHoax
Baca lebih lajut »
China Investigasi Media Sosial yang Pakai Jasa Pengikut Palsu | Kabar24 - Bisnis.comOperasi khusus ini menargetkan kelompok penggemar selebriti, pengguna internet di bawah umur, dan diskusi tentang peristiwa sejarah yang berbeda dari narasi yang dipromosikan oleh Partai Komunis China.
Baca lebih lajut »