UI Tetapkan Prof. Yunia Irawati sebagai Guru Besar Okuloplastik-Rekonstruksi

Kesehatan Berita

UI Tetapkan Prof. Yunia Irawati sebagai Guru Besar Okuloplastik-Rekonstruksi
Okuloplastik-RekonstruksiProf. Dr. Dr. Yunia IrawatiSpm(K)
  • 📰 republikaonline
  • ⏱ Reading Time:
  • 219 sec. here
  • 13 min. at publisher
  • 📊 Quality Score:
  • News: 119%
  • Publisher: 63%

Prof. Dr. dr. Yunia Irawati, SpM(K) dikukuhkan sebagai Guru Besar Fakultas Kedokteran UI dalam bidang Plastik dan Rekonstruksi Mata. Pengukuhan ini atas kontribusinya dalam pengembangan ilmu okuloplastik-rekonstruksi, khususnya penanganan kelainan kelopak mata. Prof. Yunia juga dikenal karena inisiatifnya dalam program KATAMATAKU UI yang memberikan pendampingan kesehatan bagi pasien dan komunitas lepra.

Universitas Indonesia (UI) secara resmi mengukuhkan Prof. Dr. dr. Yunia Irawati, SpM(K) sebagai Guru Besar /Profesor Fakultas Kedokteran UI dalam bidang Plastik dan Rekonstruksi Mata. Penghargaan akademik tertinggi ini diberikan atas kontribusi Prof. Dr. dr. Yunia Irawati, SpM(K) dalam pengembangan ilmu okuloplastik-rekonstruksi, khususnya dalam penanganan kelainan kelopak mata .Pengukuhan dipimpin oleh Rektor UI Prof. Dr. Ir. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng., IPU. Dalam pidato pengukuhannya, Prof.

Dr. dr. Yunia Irawati, SpM(K) mengangkat bahasan bertajuk “Perspektif Okuloplastik Rekonstruksi dalam Pendekatan Terapi dan Rehabilitatif untuk Menangani Masalah Kesehatan Individu hingga Masyarakat untuk Mendukung Produktivitas Bangsa.” Saat ini, Prof. Dr. dr. Yunia Irawati, SpM(K) merupakan Head of Trauma Center Subspesialis Divisi Plastik dan Rekonstruksi Mata JEC Eye Hospitals and Clinics, President of Indonesian Society of Ophthalmic Plastic and Reconstructive Surgery (INASOPRS), President of Indonesia Ophthalmic Trauma Society (INAOTS) sekaligus pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Pengukuhan ini menambah deretan dokter spesialis mata dari JEC Eye Hospitals and Clinics yang menjadi guru besar di perguruan tinggi ternama Indonesia. “Kesehatan mata menjadi faktor krusial dalam mendukung produktivitas kerja - yang secara masif turut mempengaruhi keberlanjutan ekonomi negara. Sebab, penglihatan yang optimal memungkinkan seorang individu berfungsi secara efektif dalam kehidupan sehari-hari. Katarak memang masih menjadi penyebab utama kebutaan. Namun, gangguan penglihatan lainnya juga perlu diwaspadai. Salah satunya, kelainan kelopak mata, yang juga bisa berisiko serius pada penderitanya; mulai iritasi, kerusakan kornea, gangguan tajam penglihatan, bahkan sampai kebutaan,' ujar Yunia. Lagoftalmus, yakni ketidakmampuan menutup kelopak mata secara sempurna, menjadi kelainan kelopak mata yang umum dialami para penderita lepra. Padahal, dari sisi jumlah, penderita lepra di Indonesia menjadi terbanyak ketiga, setelah India dan Brazil. Data Kementerian Kesehatan menyebut, pada 2023 jumlah penderita lepra di Indonesia mencapai 12.798 kasus. “Di sinilah pendekatan okuloplastik-rekonstruksi (atau bedah plastik dan rekonstruksi pada ilmu kesehatan mata) memiliki peran besar! Sayang, implementasinya masih menemui persepsi yang keliru. Okuloplastik-rekonstruksi dianggap untuk kebutuhan estetika saja. Padahal cakupannya jauh lebih luas, termasuk pemulihan fungsi vital jaringan yang rusak. Bukan hanya itu, pembiayaan untuk prosedur ini juga masih terkendala lantaran dianggap tidak esensial oleh asuransi kesehatan,” lanjut Prof. Dr. dr. Yunia Irawati, SpM(K). Sebagai upaya memberikan solusi, Prof. Dr. dr. Yunia Irawati, SpM(K), sebelumnya telah berhasil melahirkan inovasi teknik modifikasi tarsorafi (disebut Teknik Yunia) yang lebih ekonomis untuk penanganan lagoftalmus pada penderita lepra. Teknik Yunia terbukti sama efektifnya dengan metode gold weight implant - yang paling sering digunakan untuk menangani lagoftalmus pada penderita lepra. Temuan ini telah mengantarkan Prof. Dr. dr. Yunia Irawati, SpM(K) meraih gelar doktor pada 2021 lalu. Tak hanya di ranah akademik dan klinis, Prof. Dr. dr. Yunia Irawati, SpM(K) turut menggagas KATAMATAKU UI berupa pendampingan kesehatan yang komprehensif bagi pasien, mantan penderita dan komunitas lepra di Indonesia. Inisiatif ini bertujuan meningkatkan kualitas hidup mereka secara berkelanjutan, menghapus stigma yang melekat, dan mendukung terciptanya masyarakat yang inklusif. Sejak diprakarsai pada 2018, pelaksanaan KATAMATAKU UI melibatkan kolaborasi lintas fakultas di Universitas Indonesia dan mencakup tiga aspek utama: 1) Kesehatan, 2) Anti-stigma, dan 3) Agro-ekonomi. Aspek kesehatan meliputi kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Aspek anti-stigma berupa edukasi untuk mencegah diskriminasi terhadap penderita lepra; melalui peningkatan pemahaman masyarakat bahwa lepra bukanlah penyakit kutukan, melainkan infeksi bakteri yang dapat diobati dan dikelola secara medis. Sementara, aspek agro-ekonomi berupaya memberdayakan pasien, mantan penderita dan komunitas lepra melalui pelatihan dan pengembangan keterampilan sebagai upaya peningkatan ekonomi mereka. Selain berkolaborasi lintas rumpun di Universitas Indonesia, KATAMATAKU UI juga menjalin kerja sama dengan pemerintah, sektor swasta, dan non-government organization (NGO). Pendekatan lintas sektor ini memungkinkan KATAMATAKU UI menjadi program yang tidak hanya bersifat interdisipliner, tetapi juga multisektoral, untuk menjawab kebutuhan pasien, mantan penderita, dan komunitas lepra secara menyeluruh. Selain berfokus pada bidang kesehatan (dengan menyasar kelompok lepra), Prof. Dr. dr. Yunia Irawati, SpM(K) juga aktif berkontribusi dalam pengembangan ilmu mata secara luas.

Berita ini telah kami rangkum agar Anda dapat membacanya dengan cepat. Jika Anda tertarik dengan beritanya, Anda dapat membaca teks lengkapnya di sini. Baca lebih lajut:

republikaonline /  🏆 16. in İD

Okuloplastik-Rekonstruksi Prof. Dr. Dr. Yunia Irawati Spm(K) UI Guru Besar Kelainan Kelopak Mata Lepra KATAMATAKU UI

Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama

Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.

UMJ Kukuhkan Empat Guru Besar, Simak Judul Orasi IlmiahnyaUMJ Kukuhkan Empat Guru Besar, Simak Judul Orasi IlmiahnyaEmpat Guru Besar tersebut diantaranya Prof. Dr. Taufiqurokhman, Prof. Dr. Ir. Elfarisna; Prof. Dr. Happy Indira Dewi dan Prof. Dr. dr. Muhammad Fachri
Baca lebih lajut »

Kriteria Guru agar Bisa Ikut Redistribusi, Guru ASN Bisa Mengajar di SwastaKriteria Guru agar Bisa Ikut Redistribusi, Guru ASN Bisa Mengajar di SwastaKementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) akan segera melakukan redistribusi guru Aparatur Sipil Negara (ASN).
Baca lebih lajut »

Beda Tipis Jumlah Guru PNS dan PPPK, Honorer Tinggal SedikitBeda Tipis Jumlah Guru PNS dan PPPK, Honorer Tinggal SedikitJPNN.com : Silakan bandingkan jumlah guru PNS dan guru PPPK, di mana honorer tersisa tinggal sedikit.
Baca lebih lajut »

Merasa Bersaing Tak Adil, Guru Swasta Bersertifikasi PLPG Mengeluh Sulit jadi ASNMerasa Bersaing Tak Adil, Guru Swasta Bersertifikasi PLPG Mengeluh Sulit jadi ASNEka menilai peluang guru-guru swasta senior bersertifikasi PLPG menjadi ASN terhambat karena regulasi pemerintah.
Baca lebih lajut »

Dilema Moral Guru Konten KreatorDilema Moral Guru Konten KreatorArtikel ini membahas tentang dilema moral yang dihadapi guru yang juga menjadi konten kreator. Diskusi dimulai dengan mengkaji kriteria peserta seminar tentang guru konten kreator dan dua perspektif mengenai kedudukan dan fungsi mereka. Fokus kemudian bergeser pada dampak guru konten kreator terhadap capaian belajar murid dan perbedaan tanggung jawab antara guru dan konten kreator. Penulis, yang juga seorang guru konten kreator, berbagi pengalamannya dalam menghadapi dilema moral ini.
Baca lebih lajut »

UI kukuhkan Dekan FKG sebagai Guru Besar Ilmu Biologi OralUI kukuhkan Dekan FKG sebagai Guru Besar Ilmu Biologi OralUniversitas Indonesia (UI) mengukuhkan Dekan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Prof Lisa Rinanda Amir sebagai guru besar tetap dalam Ilmu Biologi Oral.Prof Lisa ...
Baca lebih lajut »



Render Time: 2025-02-13 17:05:00