Yulius Barra’ Pasolon memberikan contoh pengelolaan tanaman sagu secara optimal di kebun sagu milik keluarga, yang sekaligus menjadi laboratorium pribadi.
Yulius Barra’ Pasolon merasa berutang pada sagu yang pernah menyelamatkan warga kampungnya saat bencana kelaparan pada tahun 1970-an. Hal itu pula yang membuat dia mendedikasikan sebagian besar perjalanan akademik untuk meneliti dan mengembangkan tanaman sagu sebagai sumber pangan.
”Sagu merupakan salah satu sumber pangan asli Indonesia yang sangat potensial, namun selama ini cenderung diabaikan,” kata Yulius, yang menyelesaikan studi doktoral dari Tokyo University of Agriculture and Technology pada tahun 1994. Jadi, dalam satu tahun, satu keluarga hanya perlu menebang empat pohon sagu. Padahal, dalam 1 hektar bisa tumbuh sekitar 50 batang sagu dewasa, selain anakannya. Artinya, kalau punya kebun sagu seperempat hektar saja, satu keluarga sudah bisa mencukupi kebutuhan pangan secara berkelanjutan.Prof Dr Ir Yulius Barra’ Pasolon, MAgr, ahli sagu dari Universitas Haluoleo, Sulawesi Tenggara, tengah menyelidiki kualitas tanah gambut di kebun sagunya.
”Hampir semua bagian dari tanaman sagu bisa dimanfaatkan. Batangnya bisa untuk lantai atau biomassa, daunnya untuk atap rumah dan yang muda untuk sayur. Sedangkan pelepahnya bisa untuk dinding,” katanya.Benih sagu yang dikembangkan Prof Dr Ir Yulius Barra’ Pasolon, MAgr, ahli sagu dari Universitas Haluoleo, Sulawesi Tenggara.Di mata pemerintah, tanaman sagu juga tergolong tanaman marjinal dan tidak dilirik sebagai sumber pangan potensial.
Pada tahun 1992, para peneliti Jepang membentuk The Society of Sago Palm Studies. Ini merupakan asosiasi peneliti sagu pertama di dunia. ”Baru pada tahun 1998, kami membentuk Perhimpunan Sagu Indonesia. Saya mempelajari sagu awalnya juga mengikuti tim riset dari Jepang di Indonesia,” kata Yulius.Prof Dr Ir Yulius Barra’ Pasolon, MAgr, ahli sagu dari Universitas Haluoleo, Sulawesi Tenggara.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Yulius Barra' Pasolon, Sago Professor from HaluoleoYulius Barra' Pasolon gave an example of optimal management of sago plants in his family's sago plantation, which also serves as a private laboratory.
Baca lebih lajut »
Kemendikbud harus buat rancang induk pendidikan hadapi digitalisasiGuru Besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Profesor Cecep Darmawan menyarankan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi ...
Baca lebih lajut »
Tak Sejahtera & Petani Malas Tanam Padi, Stok Beras Terancam!Tak Sejahtera Bikin Petani 'Malas' Tanam Padi, Stok Beras RI Terancam!
Baca lebih lajut »
Jaga Lingkungan Sekaligus Peringati HUT ke-72 Humas Polri, Polda NTT Tanam MangroveSedikitnya 100 anakan pohon manggrove ditanam oleh jajaran Bidang Humas Polda Nusa Tenggara Timur di Lokasi Ekowisata Hutan Mangrove, Kelurahan Oesapa Barat...
Baca lebih lajut »
PPLI Tanam 500 Bibit Pohon di Cagar Alam Rawa DanauBerita Terkini Seputar Opini, Berita Terbaru Indonesia, Berita Hari Ini, Berita Terpopuler, Media Indonesia | Referensi Bangsa
Baca lebih lajut »
Mahasiswa Unej bersama warga tanam bibit mangrove di Teluk LoveMahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Jember (Unej) bersama warga menanam bibit mangrove dan melakukan kegiatan bersih-bersih di Pantai ...
Baca lebih lajut »