WHO fokus mempelajari lima pengobata Covid-19 yang dinilai menjanjikan
REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA - Organisasi Kesehatan Dunia menyebut beberapa pengobatan tampaknya telah membatasi keparahan atau lamanya penyakit Covid-19. Kini badan PBB itu berfokus untuk mempelajari empat atau lima pengobatan yang paling menjanjikan.
"Kami memiliki data yang berpotensi positif. Namun kami perlu melihat lebih banyak data agar bisa 100 persen yakin bahwa suatu pengobatan lebih baik dibandingkan lainnya," Harris melanjutkan. Ia mengatakan bahwa penelitian lanjutan diperlukan dan direncanakan. Lebih dari 100 vaksin Covid-19 potensial sedang dikembangkan, termasuk beberapa yang tengah diuji klinis. April lalu, WHO mengatakan bahwa pengembangan vaksin akan memakan waktu setidaknya 12 bulan.
Ditanya tentang alasan banyaknya kasus di Amerika Serikat dan Brasil, Harris mengatakan bahwa di seluruh dunia kita telah melihat bahwa peringatan yang kita keluarkan sejak awal."Sangat, sangat awal, tidak dilihat sebagai peringatan tentang penyakit serius dan mematikan," jelasnya.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Jumlah tes Covid-19 tak konsisten, peneliti: 'Puncak pandemi Covid-19 di Indonesia sulit diprediksi'Jumlah tes PCR di Indonesia fluktuatif dan belum mencapai sasaran 10.000 tes per hari. Peneliti mengatakan hal ini akan mempersulit prediksi puncak Covid-19 di Indonesia.
Baca lebih lajut »
Hari Ini Ada 19 Provinsi Tanpa Kasus Baru COVID-19Jumlah kasus baru COVID-19 per hari ini turun dibandingkan kemarin, sementara jumlah provinsi tanpa kasus baru juga bertambah. Viruscorona
Baca lebih lajut »
Wapres: Indonesia Ubah Fokus Kebijakan Prioritas karena Pandemi Covid-19Wapres Ma'ruf Amin mengatakan, Pemerintah Indonesia mengubah fokus kebijakan dari program prioritas yang ditetapkan.\n
Baca lebih lajut »
Perlu Koordinasi yang Baik Hadapi Dampak Covid-19 | Republika OnlineHingga saat ini, koordinasi tetap menjadi masalah kronis di tubuh birokrasi
Baca lebih lajut »