Virus yang ditemukan pada tinja dialami pasien Covid-19 dengan gejala diare.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan memperkirakan bahwa 11 hingga 18 persen orang yang dirawat di rumah sakit dengan COVID-19 mengalami gejala gastrointestinal seperti mual, muntah, dan diare. Penelitian telah mendeteksi RNA SARS-CoV-2, yang merupakan virus penyebab COVID-19, dalam sampel tinja dari hingga 85 persen orang yang dirawat di rumah sakit dengan penyakit tersebut.
Setelah 4 bulan, para ilmuwan tidak dapat mendeteksi RNA virus melalui tes usap hidung dari subjek manapun. Namun, 12,7 persen dari mereka terus melepaskan RNS virus dalam tinjanya. Lalu 3,8 persen dari semua peserta masih memiliki RNA virus dalam tinja mereka 7 bulan setelah diagnosis Covid-19. “Tidak ada yang benar-benar tahu apa yang menyebabkan long covid,” kata penulis senior Dr Ami Bhatt, yang merupakan profesor kedokteran dan genetika di Stanford Medicine di Stanford, CA.
“Satu hal menarik yang kami temukan adalah bahwa pelepasan GI berlanjut setelah saluran pernapasan diuji negatif, jadi kami berpikir bahwa pelepasan usus sebagai akibat dari menelan virus lebih kecil kemungkinannya di kemudian hari setelah infeksi awal,” kata dia. Obat itu tidak mempersingkat waktu pasien mengeluarkan virus dari saluran pernapasan mereka dibandingkan dengan plasebo. Tapi itu memberi Prof Bhatt dan rekan-rekannya data yang dibutuhkan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan antara pelepasan RNA virus yang berkelanjutan dalam tinja dan gejala GI yang masih ada.