Denmark menyebut pembatalan kunjungan Trump merupakan bentuk penghinaan bagi rakyat dan ratu mereka.
Pekan lalu, Wall Street Journals merilis laporan bahwa Trump berniat membeli pulau terluas di dunia yang merupakan wilayah otonomi Kopenhagen itu.Trump lalu mengakui dia tertarik, yang langsung menuai tanggapan dari Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen bahwa Greenland tak dijual.
Meski Trump menyebut hanya menunda, Gedung Putih kemudian mengumumkan agenda itu dibatalkan, yang dibenarkan oleh pihak kerajaan. Politisi baik di Denmark maupun Greenland menyuarakan kecaman tidak hanya kepada pembatalan, namun juga ide yang dilontarkan Trump.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Ditolak Beli Greenland, Trump Batalkan Agenda ke DenmarkTrump menyebut akan menunda pertemuan selama dua pekan.
Baca lebih lajut »
Tawaran Beli Greenland Ditolak, Trump Tunda Pertemuan Dengan PM DenmarkPresiden Donald Trump, Selasa (20/8), mengumumkan penundaan pertemuannya yang sudah dijadwalkan bulan depan dengan Perdana Menteri Denmark, karena pemimpin Denmark itu tidak berminat menjual pulau Gre
Baca lebih lajut »
Trump Dilaporkan Ingin AS Membeli Wilayah Greenland dari Denmark'Trump telah menyatakan minatnya atas wilayah Denmark yang memerintah secara mandiri dan sebagian besarnya tertutup es itu dan bertanya kepada penasihatnya apakah mungkin bagi AS untuk mendapatkan wilayah itu,' tulis The Wall Street Journal. Internasional
Baca lebih lajut »
Denmark Tolak Jual Greenland, Trump Tunda Bertemu PM FrederiksenPresiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menunda pertemuan dengan Perdana Menteri (PM) Denmark, Mette Frederiksen. Penyebabnya karena Frederiksen tidak tertarik membahas pembelian Greenland, wilayah Denmark yang otonom.
Baca lebih lajut »
Greenland tak Bisa Dibeli, Trump Batalkan Kunjungan ke DenmarkPresiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, membatalkan agenda pertemuan dengan Perdana Menteri (PM) Denmark, Mette Frederiksen.
Baca lebih lajut »