'Akses keluar desa sangat susah, menempuh 11 kilometer, sekitar 4-5 jam untuk mengambil sembako di posko mandiri yang dibangun komunitas,' ujar Hadi.
Dayak Meratus
Ilmuwan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia menilai pemerintah daerah gagap, bukan cuma kala mempertahankan ekosistem penyangga banjir, tapi juga saat menyiasati anomali cuaca akibat perubahan iklim.Pemerintah lokal kini berencana merelokasi permukiman warga Dayak Meratus agar mereka tidak lagi rentan dihantam banjir dan tanah longsor.
"Jika keluarganya tidak cepat-cepat melarikan diri dari rumah, dini hari itu, jumlah korban meninggal mungkin akan lebih banyak," kata Julius, warga Dayak Meratus.
Berita ini telah kami rangkum agar Anda dapat membacanya dengan cepat. Jika Anda tertarik dengan beritanya, Anda dapat membaca teks lengkapnya di sini. Baca lebih lajut: