Pemimpin Rohingya mengatakan gejala Covid-19 lazim ditemui di kamp pengungsian
REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA - Pengungsi Rohingya di Bangladesh yang memiliki gejala Covid-19 enggan menjalani tes. Mereka tak mau dites karena takut berpisah dengan keluarga dan diisolasi, kata pemimpin masyarakat dan pekerja bantuan.
Tetapi pekerja bantuan khawatir virus corona mungkin menyebar lebih cepat di penampungan pengungsi terbesar dunia, daripada hanya 29 kasus yang tercatat sejak pertengahan Mei. Hanya 339 tes telah dilakukan di kamp, kata para pejabat, sebagian karena orang tidak pergi ke fasilitas kesehatan untuk diperiksa.
Dua tim peneliti mengatakan mereka telah menemukan bukti untuk menunjukkan para pengungsi dengan gejala corona enggan pergi ke dokter. "Semua indikasi pelengkap lainnya dalam data kami adalah bahwa prevalensi penyakit kemungkinan jauh lebih tinggi," katanya melalui surel.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Takut diisolasi, pengungsi Rohingya enggan diuji COVID-19Pengungsi Rohingya di Bangladesh yang memiliki gejala virus corona enggan menjalani tes karena mereka takut berpisah dengan keluarga dan diisolasi, kata ...
Baca lebih lajut »
19 Provinsi Catatkan Kurang dari 10 Kasus Baru Covid-19 |Republika OnlineSemakin banyak provinsi yang mencatatkan penurunan kasus positif Covid-19.
Baca lebih lajut »
RSD Wisma Atlet Kemayoran Tangani 567 Pasien Positif Covid-19Secara keseluruhan, total pasien yang menjalani rawat inap di rumah sakit dadakan tersebut, yakni sebanyak 625 orang.
Baca lebih lajut »
Bersiap New Normal, Pimpinan hingga Pegawai KPK Jalani Rapid Test Covid-19Firli menyebut, KPK akan menerapkan protokol kesehatan dalam menghadapi era new normal.
Baca lebih lajut »
Dinkes Kabupaten Semarang Antisipasi Klaster Baru Covid-19 |Republika OnlineKuota rapid test berbeda tergantung dengan populasi pedagang dan pengunjung pasar.
Baca lebih lajut »