Siswa SD Dinamika Indonesia yang didominasi anak pemulung senang membaca buku.
Senyum Nadia dan Anisa masih membekas di benak Bu Anisyah. Kedua siswa kelas IV Sekolah Dasar Dinamika Indonesia ini selama ini menjadi pengunjung rutin Taman Baca Albert Einstein. Keduanya tidak bisa dipisahkan jika sudah asyik membaca buku di perpustakaan sekolah. Nadia dan Anisa memang kawan akrab yang senasib. Keduanya memiliki orang tua yang sama-sama bekerja sebagai pemulung di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Bantargebang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
Gara-gara pandemi Covid-19, kegiatan belajar mengajar di sekolah yang berdiri sejak 1995 ini dihentikan sejak pertengahan Maret lalu. Anisyah pun merasa kangen dengan keceriaan siswa kelas 1 sampai 6 SD Dinamika Indonesia yang memenuhi taman baca berukuran sekitar 6x4 meter persegi ini. "Perasaan puas, alhamdulillah banyak siswa yang sampai bisa lulus, meski NEM rendah, asal bisa baca, termasuk juga warga sekitar sekolah bisa membaca buku di sini," kata Anisyah.
Dengan menggandeng Organisasi Buruh Internasional , sambung dia, minimal kehadiran sekolah di lingkungan TPTS Bantargebang mampu mengurangi jam kerja anak-anak bisa terwujud."Benar di sini siswa yang sekolah 80 persen anak pemulung. Sekarang siswa SD jumlahnya 412 orang, dan TK ada 55 anak. Pembayaran free, hanya mengandalkan sedekah setiap hari Jumat," kata Nasrudin.
Nasrudin mengaku cukup takjup dengan minat anak-anak yang tinggal di sekitar TPTS Bantargebang, yang faktanya semangat untuk bisa mengenyam pendidikan formal. Pada tahun ajaran ini, jumlah siswa kelas satu SD yang mendaftar mencapai 69 anak. Adapun pihak sekolah sebelumnya meluluskan 68 siswa yang harus melanjutkan ke jenjang SMP.
Dia menyebut, perkembangan TBI sangat pesat lantaran kini memiliki jaringan taman baca di 35 lokasi mulai dari Tapanuli Utala, Sumatra Utara sampai Maluku, dan Sumba, Nusa Tenggara Timur . Semua tersebar di berbagai penjuru Indonesia. Dia mengatakan, TBI ketika mendapat amanah untuk menyalurkan bantuan buku tidak begitu saja lepas tanggung jawab. Sebagai bentuk komitmen, pihaknya memastikan ingin taman baca binaan bisa berkelanjutan dalam waktu dua sampai tiga tahun. Langkah yang dilakukan, menurut Fajri, TBI merekrut dan melatih staf lokal dalam membuat program supaya taman baca tetap ‘hidup’.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Lala dan Firda, anak Badui Muslim sukses kibarkan Merah PutihKakak beradik anak Suku Badui Muslim di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten bernama Lala (10) dan Firda (11) sukses mengibarkan bendera Merah Putih saat ...
Baca lebih lajut »
Angka Kasus Covid-19 pada Anak-Anak di AS Meningkat |Republika OnlineSepanjang Maret hingga Juli, AS memantau adanya peningkatan kasus Covid-19 pada anak.
Baca lebih lajut »
J-Hope donasikan 100 juta won untuk anak-anak yang membutuhkanAnggota grup idola BTS, J-Hope atau yang bernama asli Jung Ho-seok kembali memberikan donasi sebesar 100 juta won kepada anak-anak yang ...
Baca lebih lajut »
Terungkap, J-Hope BTS Sering Beri Bantuan untuk Anak-anak Tak MampuJ-Hope mendonasikan 100 juta Won atau sekira USD84.350 kepada anak-anak yang membutuhkan. Dia juga menjadi anggota Green...
Baca lebih lajut »
Cerita Relawan Rayakan Kemerdekaan Bersama Anak-anak Pengungsi Kebakaran Kampung DekeWarga Kampung Adat Situs Deke, Desa Patiala Bawah, Kabupaten Sumba Barat, NTT, yang terdampak bencana kebakaran masih tinggal di tenda pengungsian.
Baca lebih lajut »