Studi Ungkap Covid-19 Bisa Merusak Otak |Republika Online

Indonesia Berita Berita

Studi Ungkap Covid-19 Bisa Merusak Otak |Republika Online
Indonesia Berita Terbaru,Indonesia Berita utama
  • 📰 republikaonline
  • ⏱ Reading Time:
  • 55 sec. here
  • 2 min. at publisher
  • 📊 Quality Score:
  • News: 25%
  • Publisher: 63%

Dalam kasus parah, Covid-19 bisa sebabkan kerusakan otak hingga stroke.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sejumlah peneliti mengungkapkan, COVID-19 dalam beberapa kasus yang sangat parah dapat merusak otak. Bahkan, bisa menyebabkan komplikasi penyakit seperti stroke, peradangan, psikosis, dan gejala mirip demensia pada penderita.

"Ini merupakan gambaran penting mengenai komplikasi COVID-19 terkait otak pada pasien yang dirawat di rumah sakit. ini penting karena kami terus mengumpulkan informasi semacam ini demi memahami sepenuhnya cara kerja virus," kata salah satu ketua riset, Sarah Pett, seorang profesor di University College London, mengutip reuters, Jumat .

Data penelitian dikumpulkan sejak 2 April sampai 26 April. Periode itu merupakan saat kasus COVID-19 meningkat secara eksponensial di Inggris. Stroke jadi komplikasi penyakit otak yang cukup umum ditemui pada penderita COVID-19. Sedikitnya, 77 pasien dari total 125 pasien COVID-19 mengalami stroke. Kajian itu juga menemukan 39 pasien dari total 125 pasien menunjukkan tanda-tanda linglung atau perubahan pada tingkah laku yang mencerminkan perubahan kondisi mental atau pikiran seseorang. Dari 39 orang itu, sembilan di antaranya mengalami disfungsi atau kegagalan fungsi otak yang tidak spesifik atau dikenal dengan istilahensefalopati. Baca Juga Sementara itu, tujuh di antaranya mengalami peradangan otak atau ensefalitis.

Berita ini telah kami rangkum agar Anda dapat membacanya dengan cepat. Jika Anda tertarik dengan beritanya, Anda dapat membaca teks lengkapnya di sini. Baca lebih lajut:

republikaonline /  🏆 16. in İD

Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama

Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.

UPDATE 26 Juni: Bertambah 1 Kasus, Total 19 Pasien Covid-19 Masih Dirawat di Kota BekasiUPDATE 26 Juni: Bertambah 1 Kasus, Total 19 Pasien Covid-19 Masih Dirawat di Kota BekasiKasus Covid-19 terbanyak ada di Kecamatan Rawa Lumbu dengan jumlah kumulatif 47 kasus. Delapan orang di antaranya masih dirawat.
Baca lebih lajut »

Bukan Gegara Pemeriksaan Tinggi, Epidemiolog Ungkap Penyebab Banyaknya Kasus Covid-19 di Sulsel - Tribun TimurBukan Gegara Pemeriksaan Tinggi, Epidemiolog Ungkap Penyebab Banyaknya Kasus Covid-19 di Sulsel - Tribun TimurBukan Gegara Pemeriksaan Tinggi, Epidemiolog Ungkap Penyebab Banyaknya Kasus Covid-19 di Sulsel via tribuntimur matalokalmenjangkauindonesia
Baca lebih lajut »

Kematian karena Covid-19 itu Nyata, Ahli Jelaskan Bukti Studi OtopsiKematian karena Covid-19 itu Nyata, Ahli Jelaskan Bukti Studi OtopsiKlaim tidak ada kematian akibat Covid-19 terbantahkan dengan hasil studi otopsi jenazah pasien yang meninggal karena infeksi virus corona SARS-CoV-2.
Baca lebih lajut »

Gugus Tugas Ungkap Data Terbaru Penyebaran dan Kematian Akibat Covid-19Gugus Tugas Ungkap Data Terbaru Penyebaran dan Kematian Akibat Covid-19Dalam catatan Gugus Tugas, Jakarta masih menjadi daerah paling tinggi pertumbuhan Corona, tetapi untuk angka kematian tertinggi dipegang oleh Surabaya. pasiencoronameninggal
Baca lebih lajut »

IDAI Ungkap Data Anak Meninggal terkait COVID-19: Kita Paling Banyak di AsiaIDAI Ungkap Data Anak Meninggal terkait COVID-19: Kita Paling Banyak di AsiaIkatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengumpulkan data anak yang meninggal akibat COVID-19 di Indonesia. IDAI menyebut kematian anak akibat COVID-19 di Indonesia saat ini tertinggi di Asia, bahkan di dunia. VirusCorona Anak
Baca lebih lajut »

Peneliti ungkap COVID-19 dapat sebabkan kerusakan otakPeneliti ungkap COVID-19 dapat sebabkan kerusakan otakCOVID-19 dalam beberapa kasus yang sangat parah dapat merusak otak dan menyebabkan komplikasi penyakit seperti stroke, peradangan, psikosis, dan gejala mirip demensia pada penderita. COVID19
Baca lebih lajut »



Render Time: 2025-02-27 04:31:31