Sebuah penelitian menunjukkan bahwa memberikan hadiah terlambat tidak berdampak negatif sebesar yang dikhawatirkan oleh pemberi hadiah.
TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Consumer Psychology menunjukkan bahwa memberikan hadiah terlambat tidak berdampak negatif sebesar yang dikhawatirkan oleh pemberi hadiah. Penelitian ini dilakukan oleh Cory Haltman, mahasiswa doktoral bidang pemasaran di Fisher College of Business, Universitas Negeri Ohio, bersama Rebecca Reczek, profesor pemasaran di universitas yang sama.
Namun, penerima tidak menganggap hadiah terlambat sebagai tanda kurang perhatian. “Mereka lebih memaafkan daripada yang dipikirkan pemberi hadiah,” tutur Haltman. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa usaha lebih penting daripada ketepatan waktu. Partisipan merasa lebih senang dengan hadiah terlambat jika mereka memberikan usaha ekstra, misalnya dengan membuat hadiah lebih personal.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Jaminan Sosial Pegang Peranan Penting Dorong Pertumbuhan Ekonomi NasionalDalam beberapa studi, jaminan sosial terbukti sangat berperan dalam peningkatan ekonomi untuk jangka panjang.
Baca lebih lajut »
Wakil Menteri Stella Christie Ingatkan Konsekuensi AI Tanpa Etika dalam PembelajaranWakil Menteri Stella Christie mengingatkan soal etika dan konsekuensinya dalam pemanfaatan AI dalam proses pembelajaran.
Baca lebih lajut »
KPK periksa empat saksi soal pemberian uang ke Sahbirin NoorPenyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memeriksa empat orang saksi soal dugaan pemberian uang terhadap Gubernur Kalimantan Selatan(Kalsel) periode ...
Baca lebih lajut »
Dokter Ingatkan Orang Tua soal Pemberian Obat Anak: Sesuai Resep, Cegah Bakteri Kebal AntibiotikKepatuhan dalam mengikuti petunjuk penggunaan antibiotik sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengobatan.
Baca lebih lajut »
BYD Terpuruk dalam Studi Hak Asasi Manusia Industri EV, Mercedes Paling TangguhTudingan Amnesty: BYD, produsen EV terbesar, terburuk dalam HAM di rantai pasok mineralnya.
Baca lebih lajut »
Zonasi Dalam PPDB Perlu Studi Mendalam, Guru Sebagian Mayoritas MenyupportRencana penghapusan jalur zonasi dalam PPDB menuai pro dan kontra. Survei FSGI menunjukan 72,3 persen guru menginginkan sistem zonasi dipertahankan, sementara 27,7 persen setuju dengan rencana pemerintah. FSGI melakukan survei pada 912 guru di 15 provinsi.
Baca lebih lajut »