Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan duka cita mendalam atas kepergian Menteri Keuangan pertama di era reformasi, Bambang Subianto.
, Bambang dilantik menjadi Menteri Keuangan oleh Presiden B. J. Habibie untuk menangani krisis perbankan yang meluas menjadi krisis ekonomi, sosial dan politik.
Sri Mulyani mengatakan, pada masa itu ia masih menjadi seorang pengamat ekonomi dan mengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Dirinya pun seiring diundang oleh Bambang untuk berdiskusi mengenai situasi krisis ekonomi dan keuangan. "Pak Bambang sering mengundang saya untuk diskusi mengenai situasi krisis ekonomi dan keuangan yang begitu kompleks dan pilihan-pilihan kebijakan yang rumit namun harus tetap diambil yang sungguh tidak mudah, seperti keputusan bailout perbankan, pembentukan BPPN , dan berbagai langkah untuk memadamkan krisis yang membakar dan menghancurkan ekonomi Indonesia," lanjutnya.
"Melalui beliau saya belajar sangat banyak mengenai penanganan krisis, pilihan-pilihan kebijakan yang sulit," ungkap Sri Mulyani. "Selamat jalan, Pak Bambang. Jasamu dalam membangun kembali fondasi ekonomi di era awal reformasi sungguh luar biasa. Semoga Allah S.W.T memberikan balasan terbaik atas amalan beliau di alam barzakh, dan mendapat tempat terbaik yaitu Jannah," lanjutnya.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Sosok Bambang Subianto di Mata Sri Mulyani: Peletak Fondasi Reformasi EkonomiMenteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengenang almarhum Bambang Subianto sebagai figur yang meletakkan fondasi reformasi ekonomi dan keuangan Indonesia.
Baca lebih lajut »
Innalillahi Menteri Keuangan Kabinet Reformasi Bambang Subianto Meninggal DuniaMenteri Keuangan Kabinet Reformasi Pembangunan Bambang Subianto meninggal dunia di pada usia 77 tahun, Jakarta, Jumat (4/11/2022) jam 16:54 di RS Pondok Indah.
Baca lebih lajut »
China-AS Kacau, Anak Buah Sri Mulyani Ungkap Titik Cerah RIIndonesia setidaknya akan mengalami dua tekanan sekaligus, dari China dan Amerika Serikat.
Baca lebih lajut »