GELORA.CO - Invasi Rusia terhadap Ukraina membuat Barat sadar bahwa pihaknya telah membuat kesalahan ketika menjanjikan keanggotaan NATO p...
Invasi Rusia terhadap Ukraina membuat Barat sadar bahwa pihaknya telah membuat kesalahan ketika menjanjikan keanggotaan NATO pada Ukraina.
"Ada saat-saat kami bisa bereaksi lebih baik. Misalnya, kami mengusulkan hal-hal yang tidak dapat kami jamin, khususnya aksesi Ukraina ke NATO," ujar Josep Borrel. Ia juga mengatakan jika Barat telah membuat kesalahan dan kehilangan kesempatan untuk membuat Rusia lebih dekat dengan pihaknya. Putin sendiri menegaskan jika Moskow sama sekali tidak memiliki rencana untuk menduduki wilayah Ukraina.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Barat Pasok Senjata ke Ukraina, Rusia Sebut Itu Perburuk Konflik, Ancam Menjadikannya Target - Tribunnews.comPasokan senjata dari Barat ke Ukraina, membuat seruan AS untuk mengakhiri konflik tidak dianggap sebagai sinyal serius oleh Rusia.
Baca lebih lajut »
Rusia Ancam Serang Pasokan Senjata Barat untuk UkrainaRusia memperingatkan bahwa tentaranya bisa menargetkan pasokan senjata dari negara Barat terhadap Ukraina, di mana invasi Rusia terus berlanjut.
Baca lebih lajut »
Rusia Ancam Serang Pasokan Senjata Barat ke UkrainaRusia mengancam pasukannya dapat menargetkan pasokan senjata Barat di Ukraina, tempat tentara Rusia telah maju sejak akhir Februari
Baca lebih lajut »
Perang Ukraina, AS Ancam Cina Jika Bantu Rusia Hindari Sanksi BaratRusia dikabarkan meminta peralatan militer ke Cina, menyusul serangan Moskow ke Ukraina pada 24 Februari lalu
Baca lebih lajut »
Perang Rusia Vs Ukraina: Dinilai Gagal Taklukkan Ukraina, Putin Terancam Dikudeta | Kabar24 - Bisnis.comPresiden Rusia Vladimir Putin dikabarkan akan menghadapi kudeta karena goyah menghadapi perlawanan sengit di Ukraina.
Baca lebih lajut »
Warning NATO: Rusia Bisa Pakai Senjata Kimia Serang Ukraina!Simak penuturan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg.
Baca lebih lajut »