Sebulan Berlalu, Simak Sederet Fakta Penting Soal Perang Rusia-Ukraina Internasional
Dunia Konflik Rusia dan Ukraina WowKeren - Serangan Rusia ke Ukraina telah genap berlangsung selama satu bulan. Perang ini telah menewaskan ribuan orang, membuat jutaan orang terpaksa mengungsi, dan menghancurkan kota-kota di Ukraina.
"Saya memiliki dua orang putra dan saya tidak ingin memberikannya kepada monster itu. Perang adalah tragedi bagi kita semua," ujar salah seorang warga Rusia bernama Dmitry Maltsev yang bergabung dalam aksi di St Petersburg, dilansir The Associated Press. "Kami menuntut mereka menghentikan tembakan senjata berat," kata Tuz dalam sebuah pernyataan video."Ada ancaman nyata bahaya nuklir di stasiun energi atom terbesar di Eropa."Beberapa hari setelah Rusia melancarkan serangan ke Ukraina, sejumlah negara di berbagai belahan dunia langsung menjatuhkan sanksi baru.
Namun para pejabat Ukraina di Kyiv menolak tawaran Rusia tersebut."Tidak ada pertanyaan tentang penyerahan diri, peletakan senjata. Kami telah memberi tahu pihak Rusia tentang hal ini," tutur Wakil Perdana Menteri Ukraina Irina Vereshchuk yang menolak tawaran tersebut. Saat Rusia mulai melancarkan serangan pada 24 Februari, banyak ahli memperkirakan mereka dapat segera menggulingkan pemerintah Ukraina. Namun setelah genap satu bulan berlalu, Moskow tampaknya terjebak dalam kampanye militernya sendiri.
Beberapa menit kemudian, rudal diluncurkan ke Kyiv, Kharkiv, dan sejumlah kota Ukraina lainnya. Ini merupakan serangan terbesar yang terjadi di Eropa sejak Perang Dunia II.Warga Ukraina yang bangun karena mendengar suara serangan Rusia tersebut pun syok dan terkejut. Bahkan orang-orang Ukraina yang bekerja di pemerintahan dan telah menghabiskan waktu berminggu-minggu untuk melatih apa yang harus dilakukan jika serangan Rusia terjadi pun terkejut kala hal itu menjadi kenyataan.
Belakangan, saluran Channel One milik Rusia menampilkan rekaman badan pesawat Mriya yang telah hancur dari bagian tengah dan sayap. Tembakan terdengar di latar belakang klip Channel One, dan puing-puing terlihat berserakan di seluruh lapangan terbangPasukan Rusia menembaki pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa pada 4 Maret 2022 hingga memicu kebakaran.
Pada 14 Maret 2022, otoritas setempat baru mengumumkan proses evakuasi pertama yang berhasil dari Mariupol. Dalam gelombang evakuasi tersebut, ada lebih dari 160 mobil pribadi yang telah meninggalkan kota Mariupol.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
NATO Perkirakan Ribuan Tentara Rusia Tewas Bertempur di Ukraina, Apa Kata Pihak Rusia dan Ukraina?Perwira senior NATO ungkap perkiraan mereka, Rusia menderita 30.000 hingga 40.000 korban secara keseluruhan, antara 7.000 - 15.000 tewas dalam pertempuran
Baca lebih lajut »
Sebulan Perang Rusia-Ukraina, Putin Tak Tunjukkan Tanda akan Mundur, Malah Tuai Dukungan RakyatnyaSebulan Perang Rusia-Ukraina, Putin tidak menunjukkan tanda-tanda akan mundur.
Baca lebih lajut »
Beritakan 10.000 Tentara Rusia Tewas di Ukraina, Surat Kabar Rusia Klaim Situsnya Telah Diretas - Tribunnews.comKomsomolskaya Pravda mengungkapkan adanya upaya penyusupan yang dilakukan ke situs web mereka dan informasi yang tidak akurat akan segera dihapus.
Baca lebih lajut »
Update Situasi Militer Perang Rusia vs Ukraina Hari Ke-28: Rusia Semakin Mengganas | Kabar24 - Bisnis.comJet Rusia mengebom stasiun kereta api di Pavlohrad dan merusak jalur kereta api, yang digunakan sebagai jalur suplai utama bagi pasukan Ukraina di Donbas.
Baca lebih lajut »
Ukraina Sebut Telah Tewaskan Komandan Tempur Rusia Alexei SharovKematian Alexei Sharov sendiri disebut terungkap lewat Telegram oleh juru bicara administrasi militer Odessa Sergey Bratchuk dilaporkan oleh outlet berita Ukraina.
Baca lebih lajut »
Rusia-Ukraina: ”Security Dilemma”Mengapa terjadi Perang Rusia-Ukraina. Jawabnya beraneka & banyak yang bertentangan. Namun, serangan militer Rusia dalam skala yang dilakukan dewasa ini adalah penyelesaian sengketa antarnegara pada abad ke-20. Opini Ginandjar Kartasasmita AdadiKompas
Baca lebih lajut »