Gagasan Jokowi memimpin koalisi besar yang dilontarkan PSI bisa merusak sistem presidensial.
Wacana mengenai posisi Presiden Joko Widodo setelah tak lagi menjabat mulai mengemuka dalam beberapa waktu terakhir. Sejumlah pihak berspekulasi bahwaNamun, akhir pekan lalu, Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Solidaritas Indonesia Grace Natalie mengemukakan wacana lain. Ia melihat semestinya Jokowi berada di atas semua partai politik . Elite PSI pun mengusulkan agar Jokowi memimpin koalisi parpol yang memiliki kesamaan visi menuju Indonesia Emas pada tahun 2045.
Lebih dari itu, gagasan menjadikan Jokowi sebagai pemimpin koalisi adalah wujud dari demokrasi yang mengultuskan seorang tokoh. Ada pihak yang merancang cara agar Jokowi tetap memiliki posisi dan karier politik meski masa jabatannya sebagai presiden sudah usai. Para ketua umum partai dari Koalisi Indonesia Maju , koalisi pengusung Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, di kediaman Prabowo, di Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Minggu malam.
Siti Zuhro pun mengingatkan, demokrasi tidak mengultuskan seorang tokoh. Semua pihak duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi. Namun, saat ini, menurut dia, parpol cenderung tidak memiliki posisi yang kuat. Parpol cenderung berada di bawah bayang-bayang Jokowi. ”Dalam konteks itu, Jokowi mengakhiri dua periodenya, saya lihat, tidak memberikanViva Yoga Mauladi pun tampaknya keberatan dengan wacana yang digulirkan PSI.
”PAN ingin koalisi ini tetap damai, nyaman, dan menjadi koalisi yang permanen dan masuk ke relung-relung pilkada. Tetapi, kalau tidak bisa, ya, berpulang ke konstelasi kepentingan politik masing-masing,” ujar Viva. ”Saya yakin, Jokowi dan Prabowo tahu persis sistem presidensial. Jadi, tahu kapan itu berakhir, kapan diserahkan. Saya meyakini, Jokowi tahu persis perannya sama seperti pada 2014 terpilih, bagaimana menempatkan Susilo Bambang Yudhoyono dan Bu Megawati , dan itu telah dia lakukan,” tutur Doli.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Risiko Misinformasi dan Disinformasi Meningkat dalam Laporan Risiko Global 2024Laporan Risiko Global 2024 yang dikembangkan oleh World Economic Forum, Zurich, dan Marsh McLennan menunjukkan bahwa risiko misinformasi dan disinformasi meningkat secara signifikan dalam dua tahun ke depan. Laporan ini juga mencatat risiko cuaca ekstrem, polarisasi masyarakat, krisis biaya hidup, dan serangan siber sebagai kekhawatiran utama. Hasil survei yang melibatkan 1.500 pakar global menunjukkan bahwa kelima hal tersebut dapat menimbulkan krisis material dalam skala global di tahun 2024. Chief Risk Officer PT Zurich Asuransi Indonesia Tbk, Wayan Pariama, mengungkapkan bahwa dunia sedang mengalami transformasi struktural yang signifikan dengan kecerdasan buatan, perubahan iklim, pergeseran geopolitik, dan transisi demografi.
Baca lebih lajut »
Pakar Sebut Jokowi Tak Perlu Cawe-cawe di Pemerintahan Selanjutnya: Jangan Ada Matahari KembarPengamat politik, Ikrar Nusa Bhakti menilai Presiden RI Joko Widodo tidak perlu 'cawe-cawe' di pemerintahan selanjutnya.
Baca lebih lajut »
Jokowi Diisukan Keluar dari PDIP dan Masuk Golkar, Hasto Sindir Permintaan Jabatan Presiden Tiga Periode Ditolak'Tetapi rakyat juga akan tahu mana yang kemudian membesarkan, mana yang kemudian memakai cara-cara pragmatis demi kekuasaan,' ujar Hasto.
Baca lebih lajut »
Matahari Ternyata Mengeluarkan SuaraMatahari memang menghasilkan suara berupa gelombang tekanan. Hal ini dihasilkan oleh kantong besar gas panas yang muncul dari dalam Matahari.
Baca lebih lajut »
Observatorium Albiruni Universitas Islam Bandung Mengamati Posisi Matahari Saat Melihat HilalSejumlah petugas Observatorium Albiruni Universitas Islam Bandung mengamati posisi Matahari saat melihat hilal di kampus tersebut, Kota Bandung, Jawa Barat, Minggu (10/3/2024). Meski demikian, masyarakat diminta saling menghormati jika ada masyarakat Muslim yang telah menunaikan ibadah puasa. Ketua Badan Hisab Rukyat Daerah Jabar Profesor Encup Supriatna menyatakan, kondisi hilal dan elongasi yang diamati masih belum memenuhi syarat untuk memasuki Bulan Ramadhan. Pengamatan di 11 titik se-Jabar, menunjukkan hilal yang kurang dari 1 derajat dengan elongasi atau jarak sudut Matahari-Bulan hanya 2 derajat.Sebelas titik pengamatan ini, tersebar di berbagai titik di Jabar, seperti di Pangandaran, Subang, Cirebon, hingga Sukabumi. Daerah ini dipilih karena memiliki posisi yang menjulang sehingga bisa langsung melihat ufuk barat, salah satunya di Observatorium Albiruni di Universitas Islam Bandung, Minggu (10/3/2024)
Baca lebih lajut »
Kabar Terkini Pemeran Bayi Matahari di Teletubbies, Ternyata Sudah Punya Anak!Masih ingat dengan pemeran bayi matahari di Teletubbies? Bayi yang membawa keceriaan sebelum menyaksikan Tinky Winky, Dipsy, Lala, dan Poo tersebut kini sudah dewasa.
Baca lebih lajut »