Perkiraan puncak siklus 11 tahunan Matahari pada akhir 2024 atau awal 2025 memicu kekhawatiran tentang dampak badai Matahari yang belum sepenuhnya dipahami. Migrasi massal satelit pada Mei dan Oktober lalu menunjukkan ketidaksiapan manusia dalam menghadapi potensi kerusakan akibat badai Matahari terhadap teknologi di luar angkasa.
Akhir 2024 yang tinggal beberapa hari lagi atau awal 2025 diperkirakan akan menjadi puncak siklus 11 tahunan Matahari kali ini. Namun, berkaca pada migrasi massal sekitar 5.000 satelit di orbit rendah Bumi pada Mei dan Oktober lalu menunjukkan manusia belum siap menghadapi badai Matahari dan dampaknya bagi Bumi.
Adapun G5 merupakan intensitas badai Matahari terkuat dalam skala yang dipakai Badan Atmosfer dan Kelautan Nasional Amerika Serikat . Badai Matahari awal Mei ini kadang disebut badai Gannon sebagai penghormatan kepada ahli cuaca antariksa AS, Jenn Ganggon, yang meninggal pada 1 Mei 2024.Bagi awam, badai Matahari dengan kekuatan G5 itu ditandai dengan terjadinya aurora atau cahaya warna-warni di langit yang berlangsung pada wilayah yang luas.Konsep satelit Deep Space Climate Observatory .
”Itu berarti separuh dari semua satelit yang ada di orbit rendah Bumi melakukan manuver secara bersamaan dalam satu waktu dan menjadikannya sebagai migrasi massal sepanjang sejarah,” tuturnya, seperti dikutipNamun, rekor ini hanya mampu bertahan lima bulan. Pada awal dan akhir Oktober 2024, badai magnetik kembali melanda Bumi. Berdasarkan data, kekuatan badai ini masuk kelas G4 atau intensitasnya sedikit lebih rendah dibandingkan badai Matahari yang terjadi Mei 2024.
Konsekuensinya, satelit-satelit LEO yang umumnya mengorbit Bumi pada ketinggian sekitar 500 km akan makin sulit bergerak karena atmosfer yang dilaluinya kian padat atau makin tebal hingga menciptakan gesekan satelit dengan partikel di atmosfer. Besarnya hambatan itu membuat satelit makin sulit mempertahankan ketinggiannya hingga akhirnya turun ke orbit lebih rendah.
Manuver massal tersebut membuat sistem pencegah tabrakan satelit tidak memiliki waktu untuk menghitung perubahan posisi atau lintasan antarsatelit sehingga meningkatkan potensi tabrakan antarsatelit., 19 Juli 2024, terjadi akibat rendahnya akurasi prakiraan cuaca antariksa. Model prakiraan saat ini gagal memperkirakan waktu datangnya badai Matahari ke Bumi, besarnya badai, dan durasi badai sehingga potensi tabrakan antarsatelit hampir mustahil diprediksi.
Meningkatnya kepentingan akan prakiraan cuaca antariksa yang akurat itu terjadi karena lingkungan Bumi telah jauh berubah. Dua dekade lalu, saat badai geomagnetik ekstrem sebelumnya terjadi, jumlah satelit LEO hanya mencapai ratusan buah.yang dikeluarkan Badan Antariksa Eropa , Juli 2024 sudah ada 9.100 satelit aktif dan 26.000 puing sampah antariksa berdiameter lebih dari 10 sentimeter dan lebih 1 juta serpihan sampah antariksa dengan diameter minimal 1 di luar angkasa pada berbagai tipe orbit.
Akhir 2024 yang tinggal beberapa hari lagi atau awal 2025 diperkirakan akan menjadi puncak siklus 11 tahunan Matahari kali ini. Namun, berkaca pada migrasi massal sekitar 5.000 satelit di orbit rendah Bumi pada Mei dan Oktober lalu menunjukkan manusia belum siap menghadapi badai Matahari dan dampaknya bagi Bumi.
Adapun G5 merupakan intensitas badai Matahari terkuat dalam skala yang dipakai Badan Atmosfer dan Kelautan Nasional Amerika Serikat . Badai Matahari awal Mei ini kadang disebut badai Gannon sebagai penghormatan kepada ahli cuaca antariksa AS, Jenn Ganggon, yang meninggal pada 1 Mei 2024.Bagi awam, badai Matahari dengan kekuatan G5 itu ditandai dengan terjadinya aurora atau cahaya warna-warni di langit yang berlangsung pada wilayah yang luas.Konsep satelit Deep Space Climate Observatory .
”Itu berarti separuh dari semua satelit yang ada di orbit rendah Bumi melakukan manuver secara bersamaan dalam satu waktu dan menjadikannya sebagai migrasi massal sepanjang sejarah,” tuturnya, seperti dikutipNamun, rekor ini hanya mampu bertahan lima bulan. Pada awal dan akhir Oktober 2024, badai magnetik kembali melanda Bumi. Berdasarkan data, kekuatan badai ini masuk kelas G4 atau intensitasnya sedikit lebih rendah dibandingkan badai Matahari yang terjadi Mei 2024.
Konsekuensinya, satelit-satelit LEO yang umumnya mengorbit Bumi pada ketinggian sekitar 500 km akan makin sulit bergerak karena atmosfer yang dilaluinya kian padat atau makin tebal hingga menciptakan gesekan satelit dengan partikel di atmosfer. Besarnya hambatan itu membuat satelit makin sulit mempertahankan ketinggiannya hingga akhirnya turun ke orbit lebih rendah.
Manuver massal tersebut membuat sistem pencegah tabrakan satelit tidak memiliki waktu untuk menghitung perubahan posisi atau lintasan antarsatelit sehingga meningkatkan potensi tabrakan antarsatelit., 19 Juli 2024, terjadi akibat rendahnya akurasi prakiraan cuaca antariksa. Model prakiraan saat ini gagal memperkirakan waktu datangnya badai Matahari ke Bumi, besarnya badai, dan durasi badai sehingga potensi tabrakan antarsatelit hampir mustahil diprediksi.
Ilmu Pengetahuan Badai Matahari Siklus Matahari Satelit Teknologi Prediksi Cuaca Antariksa
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Jadwal BRI Liga 1 2024/2025 Hari Ini, Minggu 1 Desember 2024Jadwal siaran langsung pertandingan BRI Liga 1 2024/2025 hari ini, Minggu 1 Desember 2024
Baca lebih lajut »
Korlantas Polri: Pembatasan Angkutan Barang saat Nataru 2024/2025 Dimulai 21 Desember 2024Aan menambahkan, pembatasan angkutan barang ini bertujuan untuk mengurangi kemacetan dan mengantisipasi kecelakaan lalu lintas.
Baca lebih lajut »
Jadwal Live Streaming Pertandingan Pekan 2 NBA Cup 2024/2025 di Vidio, 20-23 November 2024Jadwal dan link live streaming pertandingan Pekan 2 NBA Cup 2024/2025 pada 20-23 November 2024.
Baca lebih lajut »
Menjelang Proliga 2025, Yogya Volley Cup 2024 Hadir di MOJI Mulai 19-22 Desember 2024Jelang dimulainya Proliga 2025, MOJI akan memanjakan pecinta voli Indonesia dengan ajang Yogya Volley Cup 2024 (YVC 2024) yang akan disiarkan langsung dari GOR Pangukan, Sleman pada 1922 Desember 2024.
Baca lebih lajut »
Dibuka Besok, Ini Link dan Syarat Daftar Mudik Motor Gratis Nataru 2024/2025 via Kereta ApiPendaftaran mudik motor gratis nataru 2024/2025 ini dibuka mulai 1 hingga 28 Desember 2024.
Baca lebih lajut »
Breakingnews! Daftar 24 Pemain Timnas Indonesia di Piala AFF 2024, Justin Hubner dan Ivar Jenner DicoretPiala AFF 2024 dijadwalkan berlangsung dari 9 Desember 2024 hingga 5 Januari 2025.
Baca lebih lajut »