Bobot sapi di Nusa Tenggara Timur setiap memasuki musim kemarau turun drastis karena berkurangnya pakan hijau akibat kekeringan.
KUPANG, KOMPAS — Setiap memasuki puncak kemarau, Agustus-November, bobot ternak sapi di Nusa Tenggara Timur turun sampai 50 kilogram per ekor untuk usia 2,5-3 tahun, dari sebelumnya rata-rata 250 kg. Penyebabnya adalah pola pemeliharaan yang bergantung pada alam.
Kondisi ini sangat merugikan peternak dari sisi pendapatan. Jika 1 kg sapi hidup dihargai Rp 40.000, maka 250 kg, petani bisa mendapatkan Rp 10 juta. Namun, pada musim kemarau ini mereka hanya dapat Rp 2 juta per ekor. ”Kerugian ini luar biasa, tetapi siapa peduli,” katanya.Peternak Andreas Batu di kawasan sekitar desanya, Salbait, Kecamatan Molo Barat, Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT, Selasa .
Ia mengatakan, Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, dan empat kabupaten di Pulau Sumba sebagai sentra ternak di NTT. Daerah itu mestinya dibangun pabrik pakan ternak. Minimal dua unit, satu di Timor dan satu di Sumba. Kabupaten Kupang misalnya, populasi ternak di sana mencapai 300.000 ekor. NTT telah mendeklarasikan diri sebagai gudang ternak atau provinsi ternak. Tetapi, kebijakan itu tidak terealisasi secara konkret di lapangan. Populasi ternak di tingkat peternak pun tidak pernah mengalami kenaikan. Data ternak berbeda-beda. Pihak BPS, misalnya, mengeluarkan data 800.000 ternak, Dinas Peternakan menyebutkan 1,3 juta ekor ternak. Namun, fakta di masyarakat, ternak sangat terbatas.
Pengiriman ternak sapi antarpulau dari NTT ke provinsi lain tahun 2021 sebanyak 65.000 ekor. Jumlah ini telah terpenuhi pada bulan Juli 2021. Sejumlah kabupaten/kota mengajukan permohonan penambahan kuota pengiriman tetapi sampai Oktober 2021 belum ditanggapi dinas peternakan provinsi. Rupanya Pemprov sendiri pun tidak tahu berapa populasi ternak di masyarakat.
Pengadaan KTTs ternak ini tidak sulit. Sekarang semua dipermudah dengan digitalisasi sehingga Pemda tidak butuh waktu, biaya, dan tenaga berlebihan untuk pengadaan KTTs.Sekretaris Himpunan Pengusaha Ternak Sapi dan Kerbau NTT, Daniel Go mengatakan, pengusaha yang mengantarpulaukan ternak sapi dan kerbau ke luar NTT, saat ini kesulitan mendapatkan ternak.
Sapi Puncak Kekeringan Sumba Musim Kemarau Musim Hujan Sumber Air Sentra Sapi Bobot Pakan Hijau Drastis Pemasok Sapi Ke Jawa Kartu Tanda Ternak Sapi
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
BMKG Ungkap El Nino Melemah, Ini Prediksi Baru Puncak Musim Kemarau RIEl Nino diprediksi turun secara gradual dan menuju Netral pada Mei Juni 2024.
Baca lebih lajut »
Puncak Musim Kemarau Mulai Juli, Gelombang Panas Ekstrem tidak TerjadiBMKG memprediksi Indonesia akan memasuki musim kemarau 2024 pada Mei hingga Agustus Namun potensi heat wave diprediksi tak terjadi di Indonesia
Baca lebih lajut »
Juni Puncak Musim Kemarau, Jakarta akan Kembali BerpolusiJakarta akan memasuki musim kemarau pada Mei 2024 dan akan mencapai puncaknya pada Juni 2024 Bersamaan dengan itu Jakarta diprediksi akan kembali dihantui polusi udara
Baca lebih lajut »
Jelang Puncak Musim Kemarau Legislatif Minta Pemprov Jakarta Waspada Polusi UdaraBerita Jelang Puncak Musim Kemarau Legislatif Minta Pemprov Jakarta Waspada Polusi Udara terbaru hari ini 2024-05-10 09:02:02 dari sumber yang terpercaya
Baca lebih lajut »
Antisipasi Polusi Udara di Jakarta Jelang Puncak Musim KemarauSaat ini, Jakarta memiliki 23 alat sensor udara berbiaya rendah untuk mendapatkan data yang valid mengenai polusi udara.
Baca lebih lajut »
BMKG Ungkap Potensi Cuaca Mei & Prediksi Baru Puncak Kemarau di RIBadan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap potensi cuaca di bulan Mei serta prediksi baru puncak kemarau di Indonesia.
Baca lebih lajut »