Prasasti Pucangan: Harapan Kembali ke Tanah Air

Sejarah Berita

Prasasti Pucangan: Harapan Kembali ke Tanah Air
Prasasti PucanganRaja AirlanggaIndonesia
  • 📰 antaranews
  • ⏱ Reading Time:
  • 224 sec. here
  • 11 min. at publisher
  • 📊 Quality Score:
  • News: 114%
  • Publisher: 78%

Prasasti Pucangan, saksi sejarah kejayaan Raja Airlangga dan leluhur Nusantara, diharapkan dapat segera kembali ke Indonesia. Presiden RI diharapkan dapat menyampaikan harapan ini kepada pemerintah India saat kunjungannya.

Di kaki Gunung Penanggungan, Mojokerto, Jawa Timur, pernah berdiri Prasasti Pucangan , yang menjadi saksi bisu sejarah kejayaan Raja Airlangga . Batu bertulis itu tidak hanya menyimpan cerita tentang perjalanan seorang raja besar, tetapi juga simbol dari keagungan budaya Nusantara. Kini, harapan mengemuka bahwa prasasti bersejarah itu akan segera kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi setelah ratusan tahun berada jauh dari tanah kelahirannya.

Prasasti itu menceritakan tentang perjuangan Airlangga yang harus melarikan diri dari kehancuran istana Medang hingga akhirnya mendirikan Kerajaan Kahuripan. Peninggalan yang penuh dengan sejarah itu juga mengisahkan keputusan besar sang raja untuk membagi kerajaannya menjadi Janggala dan Panjalu demi menjaga kedamaian. Dengan ukiran aksara Jawa Kuno dan bahasa Sanskerta, prasasti tersebut adalah wujud nyata dari keindahan sastra dan kebijakan politik di masa itu.Dalam hubungan diplomatik antara Indonesia dan India, ada harapan besar yang nantinya turut dibawa Presiden dalam kunjungannya ke Negeri Bollywood pada 26 Januari. Bukan sekadar mempererat kerja sama strategis, kunjungan itu juga untuk mengupayakan kembalinya Prasasti Pucangan, sebuah peninggalan bersejarah yang menyimpan cerita besar tentang Raja Airlangga dan leluhur Nusantara. 'Kita berharap nanti kunjungan presiden ke India juga menyampaikan, antara lain, tentang pengembalian Prasasti Pucangan yang merupakan prasasti penting bagi kita, karena di situ ada silsilah tentang Raja-Raja Airlangga, Mpu Sindok gitu ya,' ungkap Menteri Kebudayaan Fadli Zon. Prasasti yang kini tersimpan rapi di Museum India, Kolkata, bukan sekadar batu bertulis. Ia adalah saksi bisu perjalanan sejarah yang menautkan nama besar Raja Airlangga dengan pendiri Dinasti Isyana, Mpu Sindok. Dalam prasasti itu tertulis silsilah para raja yang menjadi fondasi dari peradaban besar di tanah Jawa pada abad ke-10 hingga ke-11. Prasasti Pucangan memuat kisah yang tak ternilai tentang bagaimana Airlangga, seorang raja yang harus bertahan di tengah gejolak politik, membangun kembali kejayaan Nusantara melalui kebijaksanaan dan pengorbanan.Namun, kisahnya tak berhenti di situ. Harapan besar kini menggantung pada upaya diplomasi budaya yang diharapkan mampu membawa prasasti ini pulang ke tanah air. Kepulangan Prasasti Pucangan bukan hanya soal memulihkan artefak sejarah, tetapi juga tentang mengembalikan narasi besar Nusantara kepada generasi penerus. Seperti Airlangga yang kembali dari pelariannya untuk membangun Kahuripan, prasasti itu diharapkan akan kembali menjadi simbol kebangkitan dan identitas bangsa. Jika kelak kembali, Prasasti Pucangan akan menjadi pusat perhatian, berdiri kokoh di museum nasional sebagai penjaga cerita para leluhur, menginspirasi siapa pun yang memandangnya. Dan ketika prasasti itu akhirnya menyentuh kembali bumi Indonesia, ia akan mengingatkan bahwa sejarah adalah warisan yang tak boleh hilang, sebuah akar yang membuat bangsa ini berdiri tegak di tengah tantangan zaman.Di balik megahnya peradaban masa lampau di Jawa Timur, berdiri sebuah prasasti penuh misteri dan cerita kepahlawanan. Prasasti Pucangan, sebuah peninggalan sejarah dari abad ke-11, ditemukan pada masa kolonial Inggris di Nusantara, tepatnya tahun 1812, saat Thomas Stamford Raffles menjadi Letnan Gubernur di Batavia. Namun, alih-alih tetap berada di tanah asalnya, prasasti ini justru dibawa ke India sebagai koleksi pribadi Lord Minto, Gubernur Jenderal Inggris. Kini, prasasti tersebut tersimpan rapi di sebuah museum di Kolkata, India. Prasasti Pucangan memuat dua kisah berbeda yang ditulis dalam dua bahasa, yaitu Jawa Kuno dan Sansakerta, namun keduanya menggunakan aksara Kawi. Bentuk prasasti ini unik, berupa blok batu dengan puncak runcing dan alas berbentuk bunga teratai, sebuah simbol khas keagungan Hindu-Buddha. Penamaannya diambil dari kata 'Pucangan,' yang merujuk pada perintah membangun pertapaan di Pucangan, kawasan sekitar Gunung Penanggungan, Mojokerto.Bagian yang berbahasa Sanskerta mengurai perjalanan Airlangga, raja besar dari Dinasti Isyana. Dimulai dari leluhurnya, Mpu Sindok, hingga kelahiran Airlangga dari pasangan Mahendradatta dan Udayana. Kisah ini memuat perjuangan Airlangga yang harus melarikan diri ke hutan bersama Mpu Narotama setelah serangan Raja Wurawari membakar keraton pada tahun 1016 M. Setelah pengasingan, rakyat yang dipimpin para Brahmana memohon agar Airlangga menjadi raja. Airlangga pun bangkit, memimpin berbagai pertempuran hingga akhirnya pada tahun 1037 M, ia menaklukkan semua musuhnya dan dinobatkan sebagai raja. Sementara itu, sisi Jawa Kuno mencatat momentum penting pada 6 November 1041. Pada hari itu, Airlangga, yang telah bergelar Sri Maharaja Rakai Halu Sri Lokeswara Dharmawangsa Airlangga Anantawiramottunggadewa, menetapkan daerah Pucangan, Brahem, dan Bapuri sebagai sima (tanah suci) untuk mendukung pertapaan yang dibangunnya.

Berita ini telah kami rangkum agar Anda dapat membacanya dengan cepat. Jika Anda tertarik dengan beritanya, Anda dapat membaca teks lengkapnya di sini. Baca lebih lajut:

antaranews /  🏆 6. in İD

Prasasti Pucangan Raja Airlangga Indonesia India Diplomasi Budaya Sejarah Nusantara

Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama

Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.

Menteri Fadli Zon Minta Prasasti Pucangan hingga Keris Pusaka Balik ke Tanah AirMenteri Fadli Zon Minta Prasasti Pucangan hingga Keris Pusaka Balik ke Tanah AirKementerian Kebudayaan di bawah Menteri Fadli Zon, prioritaskan repatriasi artefak budaya. Fokus pada pengembalian Prasasti Pucangan dan 800 item cagar budaya.
Baca lebih lajut »

Jakarta Ajak Warga dan Mantan Gubernur Menuangkan Harapan di 'Bentang Harapan'Jakarta Ajak Warga dan Mantan Gubernur Menuangkan Harapan di 'Bentang Harapan'Dalam rangka menyambut hari ulang tahun kelima abadnya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengundang warga dan mantan gubernur untuk menuliskan harapan mereka di 'Bentang Harapan' yang akan dibentangkan sepanjang Jalan MH Thamrin sampai Jenderal Sudirman pada 31 Desember 2024.
Baca lebih lajut »

Paus Fransiskus Sampaikan Khutbah Harapan dalam Pembukaan Tahun Yubileum Harapan 2025Paus Fransiskus Sampaikan Khutbah Harapan dalam Pembukaan Tahun Yubileum Harapan 2025Paus Fransiskus mengundang umat Katolik untuk merenungkan makna kelahiran Kristus dan merayakan kasih Allah dalam khotbahnya yang menggugah harapan.
Baca lebih lajut »

Rapor Pemain Man City di Villa Park: Kembali Tampil Buruk, Kembali TerpurukRapor Pemain Man City di Villa Park: Kembali Tampil Buruk, Kembali TerpurukManchester City ditekuk tuan rumah Aston Villa pada pekan ke-17 Premier League 2024/2025, Sabtu (21/12/2024). Man City kalah 1-2.
Baca lebih lajut »

Naomi Osaka Kembali Beraksi di Auckland, Berjuang untuk Kembali ke PuncakNaomi Osaka Kembali Beraksi di Auckland, Berjuang untuk Kembali ke PuncakNaomi Osaka kembali ke turnamen WTA Auckland untuk pertama kalinya setelah 7 tahun. Hal ini terjadi setelah Osaka berjuang untuk bangkit dari gangguan kesehatan mental dan melahirkan anak pertamanya.
Baca lebih lajut »

David Alaba Berlatih Kembali, Siap Kembali di JanuariDavid Alaba Berlatih Kembali, Siap Kembali di JanuariPemain Real Madrid, David Alaba, kembali berlatih setelah absen akibat cedera ACL. Ia diperkirakan akan kembali bermain sekitar 20 Januari 2024.
Baca lebih lajut »



Render Time: 2025-02-19 22:03:56