Presiden Prabowo Subianto meminta kepala daerah untuk menambah penanaman sawit, mengabaikan kekhawatiran akan deforestasi dan dampak lingkungan. Kebijakan ini berpotensi memperburuk kerusakan hutan, kehilangan keanekaragaman hayati, dan berkontribusi pada krisis iklim.
Kabar buruk di pengujung 2024, terkait pengelolaan sumber daya alam atau SDA, datang dari orang nomor satu di Indonesia, Prabowo Subianto.
Padahal, keanekaragaman hayati di Indonesia, misalnya, bisa menjadi laboratorium bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan juga obat-obatan yang bermanfaat bagi kemanusiaan. Saat pidato pelantikannya menjadi Presiden RI, misalnya, Prabowo memberi arah kebijakan dalam lima tahun ke depan yang akan fokus pada swasembada pangan dan energi. Celakanya, swasembada pangan didasarkan pada food estate dan swasembada energi masih bertumpu pada batubara.
Kalimantan Timur, misalnya, berdasarkan Global Forest Watch, sejak 2001 hingga 2023 telah kehilangan 3.79 juta ha tutupan pohon. Salah satu penyebabnya selain alih fungsi menjadi perkebunan sawit juga tambang batubara. Deforestasi itu telah menyebabkan bencana ekologi di tingkat lokal dan juga global, meningkatnya emisi GRK yang menyebabkan krisis iklim.
Istilah swasembada pangan dan energi adalah istilah untuk menyembunyikan model pembangunan ekstraktif itu. Jika pemerintah terus memaksakan model pembangunan ekstraktif yang didasarkan pada paradigma usang itu, cepat atau lambat akan membangkitkan resistensi publik, baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Jika itu terjadi, pertumbuhan ekonomi yang digembar-gemborkan hanya akan menjadi sekadar halusinasi.Kabar buruk di pengujung 2024, terkait pengelolaan sumber daya alam atau SDA, datang dari orang nomor satu di Indonesia, Prabowo Subianto.
Padahal, keanekaragaman hayati di Indonesia, misalnya, bisa menjadi laboratorium bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan juga obat-obatan yang bermanfaat bagi kemanusiaan. Saat pidato pelantikannya menjadi Presiden RI, misalnya, Prabowo memberi arah kebijakan dalam lima tahun ke depan yang akan fokus pada swasembada pangan dan energi. Celakanya, swasembada pangan didasarkan pada food estate dan swasembada energi masih bertumpu pada batubara.
Kalimantan Timur, misalnya, berdasarkan Global Forest Watch, sejak 2001 hingga 2023 telah kehilangan 3.79 juta ha tutupan pohon. Salah satu penyebabnya selain alih fungsi menjadi perkebunan sawit juga tambang batubara. Deforestasi itu telah menyebabkan bencana ekologi di tingkat lokal dan juga global, meningkatnya emisi GRK yang menyebabkan krisis iklim.
DEFORESTASI KEBANGKITAN Hutan KRISIS Iklim KEANEKARAGAMAN HAYATI Sawit
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
ID FOOD Fokus Perluasan Lahan Tebu dan Peningkatan Kemitraan Petani untuk Peningkatan Produksi GulaID FOOD akan berfokus pada perluasan lahan tebu, penerapan pertanian pintar dan peningkatan kemitraan dengan petani untuk mempersiapkan musim giling 2025 dan menggenjot produksi gula.
Baca lebih lajut »
Video:Peran Industri Sawit Dorong Pemanfaatan Energi Hijau Era PrabowoPeran Industri Sawit Dorong Pemanfaatan Energi Hijau Era Prabowo
Baca lebih lajut »
Dorong Asta Cita Presiden Prabowo, BNPT Berikan 100 Ribu Benih Ikan NilaDorong Asta Cita Presiden Prabowo, BNPT Berikan 100 Ribu Benih Ikan Nila
Baca lebih lajut »
Dorong Asta Cita Presiden Prabowo, BNPT Tebar 100 Ribu Benih Ikan NilaDorong Asta Cita Presiden Prabowo, BNPT Berikan 100 Ribu Benih Ikan Nila
Baca lebih lajut »
Prabowo Dukung Perluasan Kebun Kelapa Sawit Walau Melalui DeforestasiPresiden Prabowo Subianto menyatakan dukungannya untuk perluasan perkebunan kelapa sawit di Indonesia, termasuk dengan melakukan deforestasi. Pernyataan ini menuai kritik dari para pegiat lingkungan.
Baca lebih lajut »
Nasib Perluasan Harga Gas Murah Industri di Tangan PrabowoNasib harga gas murah untuk industri ada di tangan Presiden Prabowo
Baca lebih lajut »