Tidak ada jalan lain untuk mengatasi dampak negatif dari ”politik sentimen”, kecuali kembali ke model politik nalar.
Seusai pemilu presiden Amerika Serikat yang berlangsung pada 5 November lalu, muncul diskusi hangat, terutama tentang pokok soal ini: kenapa Donaldbisa menang? Kalangan ”kiri” di ”Negeri Paman Sam” yang merupakan pendukung Kamala Harris benar-benar kaget dan tidak mengira calon mereka kalah. Lalu, dalam beberapa hari terakhir, berlangsung prosesThe New Republic
, ialah soal perasaan dan persepsi. Banyak pihak yang menjelaskan kemenangan Trump, antara lain, melalui situasi ekonomi yang memburuk, terutama terkait dengan naiknya inflasi dan turunnya daya beli masyarakat. Tomasky menolak ”tesis ekonomi” itu. Ia mengajukan tesis lain, yaitu ”tesis persepsi”. Situasi ekonomi Amerika menjelang lengsernya Presiden Joe Biden, menurut Tomasky, sebetulnya baik-baik saja. Inflasi mulai mendatar dan daya beli masyarakat juga mulai naik, hingga majalahDengan kata lain: yang memburuk bukan keadaan faktual, melainkan ”perasaan” dan persepsi tentang keadaan itu.
Dengan kata lain, Trump menang bukan karena ”substansi”, melainkan karena media yang berhasil direkayasa untuk memanipulasi perasaan publik. Kita memang hidup dalam sebuah demokrasi, tetapi demokrasi yang beroperasi dalam ruang sosial yang sudah berubah sama sekali. Di sini, kita tidak lagi bisa mengabaikan teknologi sebagai ”faktor konstitutif” atau pembentuk terhadap diskursus publik dalam ruang demokrasi. Di sini, kita melihat dampak disruptif dari teknologi atas demokrasi modern.
Dalam skala dan lingkup yang berbeda, kita, di Indonesia, juga mengalami keadaan yang kurang lebih serupa. Sebagian kalangan mungkin masih menganggap percakapan di ruang publik digital sebagai dinamik yang terisolasi dari keadaan nyata. Realitas digital dianggap sebagai urusan segelintir orang dan tidak berhubungan dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari. Ini jelas keliru.
Politik Analisis Politik Trump Utama Ulil Abshar-Abdalla
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Ridwan Kamil Bertemu Prabowo-Jokowi dalam Dua Hari, Sinyal Kuat Dukungan di Pilkada Jakarta'Pesan politik yang gamblang terlihat adalah ketiganya tidak bisa dipisahkan dalam konstelasi politik hari ini,'
Baca lebih lajut »
TikTok Larang Iklan Politik Pilkada 2024 tapi Perbolehkan Konten PolitikMeski melarang iklan politik, namun TikTok Indonesia tetap mengizinkan konten politik di platformnya. Namun, konten tersebut harus sesuai dengan panduan komunitas dan kebijakan TikTok.
Baca lebih lajut »
Mengakhiri tahun politik, tetap mewaspadai politik uang dan netralitasPentas politik nasional tahun 2024 yang sempat diharu biru oleh penyelenggaraan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, berhasil diakhiri secara baik oleh ...
Baca lebih lajut »
Masih Adakah Partai Politik?Melihat kondisi politik negeri ini sekarang, pertanyaan yang kemudian muncul adalah: masih adakah partai politik?
Baca lebih lajut »
Evaluasi Pelaksanan Pemilu 2024, DPR Mau Bikin Omnibus Paket PolitikSetidaknya ada tiga paket UU politik yang dipertimbangkan dalam omnibus politik itu.
Baca lebih lajut »
'Wong Cilik Bisa Gumuyu'Politik pemerintahan Prabowo kiranya perlu mewaspadai politik populis yang memanfaatkan wong cilik.
Baca lebih lajut »