[EDITORIAL] Politik Dinasti, Terserah Rakyat
SETIAP kali pemilihan umum kepala daerah atau pilkada dihelat, pada saat itu pula politik kekerabatan dipertontonkan. Pun dengan Pilkada 2020 kali ini, politik dinasti yang sebenarnya merupakan cara paling tradisional untuk mendapatkan kekuasaan kembali mengemuka.
Politik dinasti memang bukan hal baru. Ia bahkan sudah menjadi warna kekuasaan sejak ratusan tahun silam, mulai zaman kerajaan hingga era penjajahan. Ia bukanlah model yang baik buat demokrasi, tetapi dijadikan kendaraan oleh sebagian orang untuk menggapai kekuasaan. Namun, ketika sebuah keluarga surplus syahwat untuk berkuasa, semua sisi negatif itu tiada artinya. Mereka asyik dengan kacamata kuda bahwa politik dinasti bukanlah sesuatu yang diharamkan di Republik ini.
Mereka abai kendati sang calon baru dalam hitungan bulan menjadi kader lalu mendepak kader lain yang sudah puluhan tahun berjuang dari bawah. Untuk jangka panjang, penurunan ambang batas pencalonan kepala daerah yang saat ini sebesar 20% mutlak dilakukan.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Dinasti Politik Munculkan KerawananPengaturan politik dinasti bisa dilakukan melalui syarat-syarat proses pencalonan oleh parpol.
Baca lebih lajut »
Ini bukan Seorang Raja Menunjuk PutraTerkait dengan tudingan politik dinasti, saya kira itu keliru.
Baca lebih lajut »
Pengamat: Banyak Bupati yang Langgengkan Dinasti PolitikDirektur Eksekutif Nagara Institute, Akbar Faisal mengatakan, lembaganya mencatat bupati paling banyak menjadi aktor dinasti politik.
Baca lebih lajut »
Survei: Tren Kepala Daerah Milenial Meningkat Tiap PilkadaLembaga survei PRC menyatakan separuh calon kepala daerah milenial berasal dari dinasti politik atau punya kekerabatan dengan tokoh.
Baca lebih lajut »
Sumbangsih Berharga Ottoman dalam Metode Vaksinasi Wabah |Republika OnlineDinasti Ottoman di Turki mempunyai andil dalam vaksinasi wabah.
Baca lebih lajut »