Petani Ini Menggarap Ladang di Tengah Bandara Tersibuk di Jepang Karena Menolak Lahannya Digusur
Pesawat terbang di atas kepalanya 24 jam sehari dan satu-satunya cara untuk keluar dari lahannya adalah melalui terowongan bawah tanah.
Dia telah berjuang untuk mempertahankan tanahnya selama lebih dari 20 tahun, bahkan menolak tawaran lebih dari 1,7 juta dollar AS untuk tanahnya. “Ini adalah tanah yang digarap oleh tiga generasi selama hampir satu abad, oleh kakek saya, ayah saya, dan saya sendiri. Saya ingin terus tinggal di sini dan bertani,” kata Shito kepada AFP, beberapa tahun lalu.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Gmail Error Hari Ini, Ini PenyebabnyaLaporan Gmail sendiri memuncak sekitar pukul 12.26 WIB. Keluhan gangguan dilaporkan pengguna dari berbagai negara, seperti India, Amerika Serikat, Australia, Jepang, Malaysia, dan Indonesia | Tekno
Baca lebih lajut »
Ini Kesempatan Bayar Tiket KA 50% pada Akhir Pekan IniPT Kereta Api Indonesia (Persero) mengadakan promo Steal Deal 50% untuk 4 Kereta Api Jarak Jauh keberangkatan 22 dan 23 Agustus 2020.
Baca lebih lajut »
Rumah Berlantai Tanah Ini Viral karena Bagian Dalamnya Seperti IniSebuah rumah berlantai tanah viral setelah diunggah seorang pengguna Facebook. Dia mengaku takjub dengan bagian dalam rumah berdinding kayu dan seng itu. via wolipop
Baca lebih lajut »
Kementan Kawal Korporasi Petani Food Estate Lewat Pelatihan |Republika OnlineKementan kawal Food Estate sebagai upaya ketahanan pangan
Baca lebih lajut »
Kisah Seorang Petani yang “Ngeyel” Bertani dan Tinggal di Dalam Bandara Lebih dari 20 TahunvPesawat terbang di atas kepalanya 24 jam sehari dan satu-satunya cara untuk keluar dari lahannya adalah dengan melalui terowongan bawah tanah. / Global
Baca lebih lajut »
Kisah Seorang Petani yang “Ngeyel” Bertani dan Tinggal di Dalam Bandara Selama 20 Tahun Lebih“Ini adalah tanah yang digarap oleh tiga generasi selama hampir satu abad, oleh kakek saya, ayah saya dan saya sendiri. Saya ingin terus tinggal di sini dan bertani,” kata Shito | Global
Baca lebih lajut »