Forum Internet Governance (IGF) ke-19 di Riyadh membahas perlunya perlindungan data pribadi di Asia Pasifik, di mana pertumbuhan teknologi kecerdasan buatan (AI) pesat dan banyak perusahaan raksasa teknologi membangun pusat data besar untuk menjalankan model AI dan produk digital lainnya.
Riyadh, KOMPAS — Tidak semua negara di kawasan Asia Pasifik memiliki tradisi perlindungan privasi data. Sementara, teknologi kecerdasan buatan yang mengonsumsi data telah berkembang pesat secara global. Dalam konteks ini, Asia Pasifik menjadi sasaran tempat pembangunan pusat data berkapasitas besar untuk menjalankan model kecerdasan buatan dan produk digital lainnya oleh perusahaan raksasa teknologi. Situasi ini menciptakan sejumlah risiko dan tantangan.
Director Digital Governance Asia dan Co-Founder APAC Gates LLC, Seth Hayes, di sela-sela Internet Government Forum (IGF) ke-19, Selasa (17/12/2024), di Riyadh, Arab Saudi, menyatakan, tidak semua negara di kawasan Asia Pasifik memiliki tradisi perlindungan privasi. Ini merujuk pada hasil riset yang Digital Governance Asia dan Co-Founder APAC Gates LLC lakukan.IGF merupakan forum internasional yang diselenggarakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mempertemukan berbagai pemangku kepentingan dalam penyusunan kebijakan publik digital di seluruh dunia. Meski sekelas forum multipihak COP, pertemuan internasional Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) yang berfokus pada iklim, IGF tidak menghasilkan rekomendasi yang mengikat tetapi usulan kebijakan digital yang mampu memengaruhi lanskap industri digital secara global. Tahun 2024 merupakan tahun ke-19 penyelenggaraaan IGF. IGF ke-19 berlangsung dari 15–19 Desember 2024 dan dihadiri oleh lebih dari 3.000 peserta dari 175 negara. Tampak depan pintu masuk menuju venue acara Internet Governance Forum (IGF) ke-19 yang berlangsung di King Abdulaziz International Conference Center, Riyadh, Arab Saudi, Selasa (17/12/2024). Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah negara di Asia telah meluncurkan undang-undang privasi komprehensif yang baru atau membuat perubahan signifikan terhadap peraturan yang ada. Contohnya antara lain adalah China, India, Jepang, Malaysia, Korea Selatan, Sri Lanka, Thailand, dan Vietna
Asia Pasifik Kecerdasan Buatan Perlindungan Data Pribadi Internet Governance Forum IGF
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Saatnya dari Perlindungan Pekerjaan ke Perlindungan PekerjaBerita Saatnya dari Perlindungan Pekerjaan ke Perlindungan Pekerja terbaru hari ini 2024-12-05 10:51:14 dari sumber yang terpercaya
Baca lebih lajut »
Kawasan Asia Pasifik Alami Ancaman Tertinggi dalam Serangan Phising terhadap Lembaga KeuanganLembaga keuangan mengelola data sensitif dalam jumlah besar dan transaksi bernilai tinggi sehingga menjadi sasaran menarik bagi penyerang DDoS karena hasilnya yang besar
Baca lebih lajut »
Riset AI Tingkatkan Keuntungan Bisnis Kelas Menengah Asia PasifikKecerdasan buatan artificial intelligenceAI dan sebagian besar berpengaruh kepada peningkatan keuntungan hingga empat kali lipat dalam waktu 12 bulan
Baca lebih lajut »
Pasar Asia-Pasifik Terpengaruh Data Perdagangan Jepang dan Antisipasi Keputusan Suku BungaPasar saham Asia-Pasifik dibuka dengan fluktuasi karena para pelaku pasar mencermati data perdagangan Jepang dan menunggu keputusan suku bunga Bank of Japan (BOJ) serta rilis LPR dari Bank Rakyat China. Indeks Jepang dan Australia menunjukkan pergerakan beragam, sementara kontrak Hang Seng di Hong Kong naik. Keputusan The Fed pada 18 Desember juga menjadi fokus utama.
Baca lebih lajut »
Kinerja ASN RI Masuk 5 Besar Terbaik di Asia-Pasifik, Menteri PANRB Bilang BeginiKinerja aparatur sipil negara (ASN) Indonesia masuk dalam 5 besar terbaik di kawasan Asia Pasifik.
Baca lebih lajut »
Dibuka Menguat, IHSG Dibayangi Koreksi Seiring Variatifnya Bursa Asia-PasifikIHSG dibuka menguat 11 poin atau 0,15 persen di level 7.448 pada pembukaan perdagangan Selasa 10 Desember 2024. Head of Retail Research Analyst BNI Sekuritas, Fanny Suher
Baca lebih lajut »