BNI memiliki dua skenario untuk meningkatkan modal
pemegang saham eksisting harus mengambil jatah agar kepemilikannya tidak berkurang. Sehingga, rencanadan PMN itu berbeda, tetapi kalau mau-nya tetap sama, maka harus ada penyertaan supaya kepemilikannya sama dengan posisi sekarang," kata Royke.
Sebenarnya, lanjut Royke, BNI bisa saja meningkatkan permodalan tanpa melakukan penerbitan saham baru atau menerbitkan obligasi, namun membutuhkan waktu yang lama."Ini salah satu jalan untuk mempercepat, kalau mau normal modal inti kita bisa dicapai tahun 2025 bisa. Tapi kita butuh cepat supaya bank bisa dilihat sehat," pungkas Royke.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Dari Pagu Rp 28 Triliun, BLT Dana Desa Baru Disalurkan Rp 6,1 TriliunSri merinci ada 163 daerah atau 25.547 desa yang penyerapan BLT-nya baru mencapai Rp 938 miliar atau 8,2% dari target Rp 11,5 triliun.
Baca lebih lajut »
Bidik Penjualan Tumbuh 15%, Multipolar Investasi di Unicorn Otomotif CarroSepanjang 2020, Multipolar mencatat penjualan Rp 10,27 triliun, turun 15,99% dari periode sama tahun sebelumnya Rp 12,32 triliun.
Baca lebih lajut »
Mendes Sebut hingga 2019 Pemerintah Gelontorkan Rp 298 Triliun Ke Daerah TertinggalMenteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar mengatakan setidaknya ada Rp 298 triliun lebih dana yang digelontorkan pemerintah pusat ke Daerah Tertinggal selama 2015-2019. Kemendes
Baca lebih lajut »
1 Juta PKL Bakal Dapat BLT Senilai Rp 1,2 TriliunAnggaran yang dialokasikan untuk BLT bagi 1 juta PKL ini sebesar Rp 1,2 triliun.
Baca lebih lajut »
Rogoh Rp 8,8 T untuk Subsidi Upah Pekerja, Sri Mulyani: Mencegah Terjadi PHKPemerintah mengalokasikan anggaran Rp 8,8 triliun untuk melanjutkan program Bantuan Subsidi Upah (BSU) pekerja. TempoBisnis
Baca lebih lajut »
Sri Mulyani Tambah Anggaran Kartu Sembako Rp 7,52 Triliun |Republika OnlineSehingga total anggaran kartu sembako menjadi Rp 49,89 triliun.
Baca lebih lajut »