Pengguna koteka di Pegunungan Tengah, Papua, disebut semakin menurun. Harus ada langkah kongkret untuk mempertahankan warisan nenek moyang itu.
"Labu itu masih ditanam oleh Suku Dani, Suku Mee, Suku Amungme, Suku Lani, Suku Yali dan Suku Mek," kata dia.
Generasi muda di pegunungan tengah Papua saat ini sebagian tidak berkoteka dari usia balita hingga dewasa bahkan sebagian dari mereka tidak mengetahui tentang budaya berkoteka yang merupakan warisan nenek moyang. Hari menambahkan, pada masa mendatang, dikhawatirkan labu pembuat koteka hanya akan menjadi sayur untuk dikonsumsi, sebagai obat tipes atau obat sakit tenggorokan. Ia juga khawatir koteka hanya akan dijual sebagai souvenir.Koteka merupakan pakaian untuk menutup kemaluan laki-laki dalam budaya sebagian penduduk asli Pulau Papua. Secara harafiah, kata ini bermakna"pakaian" berasal dari bahasa salah satu suku di Paniai.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Polusi di DKI Tinggi, Ini Saran Ahli Bila Ingin Bike to WorkIndeks kualitas udara di kota DKI Jakarta masuk kategori tidak sehat belakangan ini. Kondisi tersebut tidak ideal bagi yang biasa bike to work. Begini saran ahli: PolusiJakarta BikeToWork via detikHealth
Baca lebih lajut »
Jangan Pakai Plastik Hitam untuk Daging Kurban, Ini Saran LIPILIPI mengimbau agar tidak menggunakan plastik berwarna hitam untuk membungkus daging kurban.
Baca lebih lajut »
Fintech Diduga Sadap Data Pengguna Ojek Online, OJK Imbau IniRamainya pemberitaan soal dugaan perusahaan financial technologi atau fintech menyadap data pengguna ojek online ditanggapi oleh OJK.
Baca lebih lajut »
Di GIIAS 2019, Hyundai i10X Tampil di Tengah Gengsi SUVDi tengah ramainya penampilan SUV terbaru di lantai GIIAS 2019, PT Hyundai Mobil Indonesia (HMI) justru menghadirkan tampilan segar dari city car andalannya, Grand i10X. GIIAS2019
Baca lebih lajut »
Tetap Bugar di Tengah Buruknya Kepungan Polusi di JakartaPolusi di Jakarta sedang buruk-buruknya, sempat terburuk sedunia. Masalah kemarau, padatnya kendaraan, hingga pekerjaan bangunan disebut jadi penyebab.
Baca lebih lajut »