Pengelola pusat belanja atau mal saat ini dituntut agar tidak hanya berpusat sebagai tempat belanja (buying) semata, namun juga harus befungsi sebagai tempat yang memberikan kesan bermakna (journey) kepada pengunjung.
Dia menjelaskan mengapa mal harus memberikan kesan dan juga tempat wisata yang menyenangkan, karena manusia adalah makhluk sosial. Pasalnya, kehidupan manusia saat ini sudah dipenuhi dengan aktivitas virtual.
Dengan demikian, lanjut dia, apabila mal masih berkutat hanya sebagai pusat belanja saja, maka pusat belanja akan ditinggalkan. “Di Jakarta tingkat okupansi sudah banyak yang 100 persen tetapi banyak juga pusat belanja tidak pulih pulih bahkan semakin sepi. Saya kira karena ini [hanya sebatas pusat buying],” tutur Alphonzus.Di samping itu, Alphonzus mengungkapkan optimisme lain pusat belanja tumbuh yaitu rasio ritel pusat perbelanjaan dengan penduduk Indonesia masih belum sebanding.
Indonesia Berita Terbaru, Indonesia Berita utama
Similar News:Anda juga dapat membaca berita serupa dengan ini yang kami kumpulkan dari sumber berita lain.
Bocoran Pengusaha Soal PHK Massal, Ini yang Terjadi!Di tengah ancaman resesi dunia, banyak perusahaan yang mulai melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawannya.
Baca lebih lajut »
Tolak PHK Besar-besaran, Ribuan Buruh Bakal Demo di IstanaPresiden Partai Buruh Said Iqbal menuturkan pihaknya akan turun ke jalan guna menolak adanya PHK besar-besaran di tengah ancaman resesi global.
Baca lebih lajut »
Article headlineGELORA.CO - Bos IMF puji Indonesia di tengah resesi global. Indonesia disebut bisa tetap terang di tengah ekonomi global yang berada di tit...
Baca lebih lajut »