Direktur Eksekutif Indonesian Presidential Studies Nyarwi Ahmad menyebutkan plus minus jika pemilihan presiden (pilpres) digelar dua pasang seperti keinginan ...
Dokumentasi - Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin saat sebagai Capres petahana dan cawapres menyapa warga usai menyampaikan pidato kemenangannya sebagai Presiden Republik Indonesia periode 2019-2024 di Kampung Deret, Tanah Tinggi, Johar Baru, Jakarta Pusat, Selasa . ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/foc/aa.Jakarta - Direktur Eksekutif Indonesian Presidential Studies Nyarwi Ahmad menyebutkan plus minus jika pemilihan presiden digelar dua pasang seperti keinginan PDI Perjuangan.
Karena, menurut dia, proses pemilu berlangsung hanya satu tahap dan jangka waktunya lebih pendek dan juga menghemat biaya dan sumber daya penyelenggaraan pemilu. Selain itu, lanjut Nyarwi, sebagaimana pengalaman Pilpres 2014 dan 2019 lalu, pertarungan sengit antardua pasangan capres-cawapres membuka peluang menguatnya arus polarisasi politik, khususnya berbasis agama.
"Namun, konvensi dilakukan oleh koalisi parpol yang hendak mengusung pasangan capres," kata dia pula. Kemudian, potensi kontribusi kandidat tersebut untuk mewujudkan cita-cita ideologi dan kebijakan-kebijakan publik yang menjadi prioritas parpol, dan lain sebagainya. Indikator-indikator tersebut juga perlu diketahui oleh publik secara luas.